SUKOHARJO(TERASMEDIA.ID)– Berbagai cara dilakukan untuk memunculkan potensi desa. Seperti yang dilakukan Pemerintah Desa Pranan, Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah ini, yang mengadakan Festival Jambu.

Sebelum puncak acara, serangkaian kegiatan sudah dilakukan. Di antaranya kirab bronjong sepeda motor dan balapan sepeda onthel bronjong sebelah pada Sabtu (03/09/2022).

Lomba berlangsung di lapangan desa setempat dan diikuti 50 peserta dari berbagai dukuh dan 5 orang ekshibisi ibu-ibu.

Para peserta menggunakan sepeda onthel jenis ‘’kebo’’, harus membawa bronjong berisi beban 40 kilogram dan mengelilingi lapangan dua kali.

Sebagian besar, pesertanya adalah para lansia yang sudah teruji ketangguhannya.

Seperti yang diungkapkan Sardi Hadi Siswanto (65 tahun), salah seorang peserta.

Dirinya mengaku sudah terbiasa naik sepeda onthel dengan membawa bronjong sebelah. Karena pekerjaan sehari-harinya adalah “penebas” (pembeli buah langsung dari pohonnya). Setelah buah dipetik, ditaruh di dalam bronjong.

“Dulu belum ada bronjong kanan kiri, adanya bronjong sebelah. Jadi untuk menaiki sepeda agar tidak jatuh, keseimbangan harus dijaga betul, karena berat sebelah,” kata Sardi.

Seiring dengan kemajuan jaman, bronjong sebelah jarang digunakan lagi. Para pembeli dan penjual buah kini banyak yang naik sepeda motor dengan bronjong kanan kiri.

“Sekarang sudah tidak memakai bronjong sebelah lagi, ribet. Sekarang naik sepeda motor,” ujar Sardi.

Dirinya mengaku, mengikuti lomba ini untuk menghibur diri sekaligus untuk berolahraga.

“Kalau naik sepeda tetap masih, untuk olahraga menjaga kesehatan,” ucapnya.

Peserta lainnya, Tukiman (67 tahun), mengaku kesulitan karena sepedanya miring-miring. Sehingga untuk mengayuh sangat berat.

“Lomba ini seru, untuk hiburan saja,” kata Tukiman yang murah senyum ini.

Selain itu, juga ada lomba ekshibisi yang pesertanya Camat Polokarto, Hery Mulyadi, beberapa Kades tetangga, dan menariknya, ada peserta berkostum Spiderman.

Di lomba ekshibisi ini, penonton berharap Spiderman menang. Namun ternyata, dalam dua kali putaran, Spiderman berada di urutan terakhir.

“Wah, Spiderman kok kalah, seharusnya kan tinggal menggunakan jarring-jaringnya,” celoteh anak-anak yang menonton di pinggir lapangan.

Agus Widanarko, aktivis dan motivator yang memakai kostum Spiderman tersebut, mengakui kalau naik sepeda onthel bronjong sebelah itu susah.

“Spiderman saja kalah, karena memang susah mengayuhnya, harus menjaga keseimbangan. Warga Desa Pranan keren, merekalah superhero sejati, mencari rejeki untuk keluarganya dengan naik sepeda onthel dan bronjong jaman dulu. Saya harap kearifan lokal ini terus dijaga untuk memotivasi para generasi penerus,” harap Danar.

Ya, lomba balap onthel bronjong sebelah ini memang belum ada di wilayah lain. Boleh dikatakan, ini adalah satu-satunya lomba yang ada di Indonesia.

“Baru di Desa Pranan ini yang mengadakan lomba balap onthel bronjong sebelah, boleh dibilang baru pertama kali di Indonesia,” jelas Kades Pranan, Jigong Sarjanto

Jigong juga menjelaskan, sebelum ada bronjong kanan kiri, dulu masyarakat Desa Pranan sebagian besar menggunakan bronjong sisih (sebelah) untuk menebas buah-buahan.

“Mata pencaharian masyarakat di sini adalah para penebas buah. Jadi lomba ini sengaja kami adakan untuk mengenang masa lalu, mengenang kearifan lokal yang pernah ada. Para generasi muda, generasi penerus harus tahu, bahwa kami dibesarkan dalam lingkungan yang seperti ini. Jadi bronjong bukan hal yang aneh lagi bagi kami,” tutur Jigong.

Lomba dibuka oleh Camat Polokarto, Hery Mulyadi beserta beberapa Kades di wilayah Polokarto.

Hery Mulyadi merasa bangga karena Desa Pranan berhasil membranding dirinya sebagai Desa Penghasil Jambu dengan kearifan lokal yang masih dijaga. Terbukti, begitu lomba sepeda onthel bronjong sebelah dibuka, pesertanya sangat antusias.

“Kami berharap kegiatan positip ini terus berlanjut di tahun mendatang, karena bisa menjadi icon. Tidak hanya Pranan saja, desa-desa yang lain dengan potensinya yang berbeda juga kami harapkan muncul,” kata Hery.

Desa Pranan memang terkenal dengan sebutan Desa Jambu. Hampir semua masyarakatnya menanam jambu air di pekarangan rumahnya.

“Setiap rumah pasti ada 2 sampai 4 pohon jambu air. Hal ini untuk meningkatkan perekonomian warga,” tutur Jigong.

Festival Jambu Desa Pranan berlangsung Hari Minggu (04/09/2022). (HN)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini