BANYUMAS(TERASMEDIA.ID)-Kelompok Tani Remaja IV dari Dusun Ngumpul, Desa Kedungumpul, Temanggung melakukan karya wisata yang diisi dengan kegiatan peningkatan kapasitas keilmuan tani melalui studi banding ke Padepokan Filosofi dan Pondok Tani Organik Yasnaya Polyana, Windujaya, Banyumas.

Kegiatan yang berlangsung sehari ini, difokuskan pada penguatan jaringan antar petani dan juga menguatkan semangat bertani organik di kalangan masyarakat Desa Ngumpul.

Koordinator kegiatan, Cipto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa berpikir dan bertani adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam rangka menguatkan kehidupan tani khususnya menuju pada pertanian organik.

Cipto sepakat, dengan visi-misi Padepokan Filosofi bahwa ada keterkaitan antara filsafat dan tani. Dengan membawa 100 orang lebih, bertempat di bangsal Padepokan Filosofi, peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dan juga materi yang disampaikan.

“Pertemuan semacam ini harus ada tindak lanjut yang lebih konktrit, terutama dalam pengembangan jaringan tani dan juga kampanye organik,”kata Cipto, Minggu(16/10/2022).

Iskandar selaku ketua Gapoktan mengatakan, untuk dapat bertani organik secara murni masih sangat sulit dilakukan, dikarenakan belum ada gerakan bersama untuk bertani organik.

“Persoalan air yang masih tercemar residu kimia menjadi hal yang belum juga terpecahkan karena memang skema pengairan masih berkaitan antara lahan yang non organik dengan yang sudah menerapkan system bertani organik,”ujarnya.

Sementara itu, Ashoka Siahaan selaku pendiri Padepokan Filosofi dan Pondok Tani Organik dalam paparannya menyampaikan, bahwa kekuatan organik bukan saja aktivitas taninya, namun harus dimulai juga dari manusia organik.

“Manusia organik adalah manusia yang bisa menjadi kuat, sutainable dan endurance sebagaimana tanaman organik,”kata Ashoka.

Ashoka juga menjelaskan, bahwa upaya tani yang kini tengah dilakoninya bertumpu pada nilai-nilai kearifan lokal berupa sistem pertanian tumpang sari, bukan monokultur seperti petani albasia.
Ia juga menambahkan, bahwa dengan menanam dan mengkonsumsi produk-produk organik akan berkontribusi bagi kesehatan generasi berikutnya.

“Kami minta, peranan ibu-ibu untuk dapat mendalami pengetahuan gizi. Padepokan sendiri memiliki program yang dinamakan Pusgizmas (Pusat Gizi Masyarakat) serta memiliki kurang lebih 25 jenis program pelatihan nutrisi dan pertanian organik,”ujar Ashoka.

Sementara itu, Warseno selaku ketua Lembaga Advokasi Kearifan Lokal (LAKL) dan juga pelaku tani di Padepokan Filosofi mengajak para petani khususnya usia muda untuk kembali mencintai tani dan kehidupan tani.

“Menjadi pemuda tani, juga harus melek terhadap literasi,”kata Warseno.

Dalam paparannya, Warseno menyampaikan salah satu buku karyanya berjudul “Ngenger Tani” yang diterbitkan Perpusnas (tahun 2021) sebagai bukti konkret bahwa petani juga bisa berkarya lewat tulisan.

Ia juga memberi warning kepada petani generasi tua agar selalu menggaungkan tani khususnya organik pada generasi muda agar tidak kehilangan penerusnya di masa yang akan datang.

Senada dengan Warseno, Bambang yang juga penyuluh lapangan di Temanggung, mengungkapkan bahwa bertani organik adalah hal yang harus diupayakan.

Ia juga menyampaikan bahwa sangat penting antara literasi dengan tani. Menurutnya sekarang banyak konten-konten dari media sosial yang bisa diikuti dan dipelajari jika ingin mulai bertani organik. Namun harus dilakukan dengan cara yang konsisten.

Kegiatan ini ditutup dengan peninjuan lahan organik di Padepokan Filosofi. Lahan disini menyajikan beberapa demplot komoditas tanaman seperti kopi, nanas, pisang, pala, kelapa, dan tanaman lainnya.

Peninjauan lapangan dipandu oleh penanggungjawab lahan tani, yakni Miftakhul Saleh yang juga bagian dari petani muda Padepokan Filosofi dan Pondok Tani Organik Yasnaya Polyana.(WR)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini