KLATEN(TERASMEDIA.ID)– Meski para petani tembakau di Klaten, Jawa Tengah, sudah banyak yang mahir cara menangani tembakau pasca panen, namun Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi Jawa Tengah, tetap mengingatkan agar petani tidak merugi.

Hal ini dijelaskan Penyuluh Pertanian Ahli Madya Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi Jawa Tengah, Maryoto, saat memberi pelatihan dan demplot penerapan budidaya tembakau di Desa Karangpakel, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, Senin (17/10/2022).

Maryoto menjelaskan, pelatihan dan demplot penerapan budidaya tembakau ini bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan teknis budidaya sampai dengan pengolahan dan pemasaran tembakau.

“Meski para petani sudah banyak yang tahu, namun perlu kami segarkan kembali. Terutama bagi para petani baru yang masih butuh arahan dan bimbingan,” jelas Maryoto.

Selama ini, petani tembakau sering terkendala untuk mendapatkan harga yang layak atau tertinggi. Saat ini, cuaca sering tidak menentu, atau disebut kemarau basah. Hal ini membuat sebagian petani mengalami penurunan kualitas daun tembakau, sehingga harga anjlok untuk jenis tembakau rajangan.

Namun berbeda dengan harga tembakau asepan atau daun tembakau yang diasap terlebih dahulu.

“Saat ini banyak petani yang gagal panen, karena kurang siapnya menghadapi kemarau basah. Sehingga stok tembakau yang dibutuhkan pabrik, jumlahnya menurun. Maka, yang terjadi di lapangan, harganya akan menjadi tinggi,” jelas Maryoto.

Harga ideal, lanjut Maryoto, tembakau rajangan itu Rp 40.000 – Rp50.000 tergantung kualitasnya. Namun saat ini, yang banyak dialami petani tembakau Jawa Tengah, harganya Rp20.000 saja karena kualitasnya jelek akibat kemarau basah.

Berbeda dengan jenis tembakau asepan. Harganya saat ini justru melambung tinggi. Per kilonya mencapai Rp60.000 yang semula hanya Rp36.000. Hal ini mengikuti tren kenaikan harga BBM.

Maryoto menyatakan, pangsa pasar untuk tembakau asepan itu stabil, bahkan meningkat. Sedang untuk tembakau rajangan sangat tergantung pada pabrik rokok besar.

“Di Jawa Tengah, pemain besarnya adalah Djarum Kudus dan Gudang Garam. Mereka sudah laporkan, gudangnya sudah hampir penuh. Akibatnya, harga tembakau mulai menurun,” katanya.

Untuk itu, agar mendapat harga tembakau yang tertinggi, maka petani tembakau diharapkan menanam pada akhir April atau awal Mei di setiap tahunnya.

“Karena tembakau akan dipanen pada bulan Agustus atau paling lambat September. Kalau dipanen pada bulan Oktober, itu ada risiko harga akan jatuh,” tegasnya.

Harga Tembakau Asepan Melambung

Untuk harga tembakau asepan, diakui oleh Ketua Kelompok Tani Rukun Sata, Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Juwandi.

Dirinya mengucap syukur, bahwa kenaikan harga BBM ini berdampak positip dengan harga tembakau asepan. Kenaikannya hampir 90 persen.

“Yang semula harga top great Rp36.000 per kg, kini naik menjadi Rp55.000 per kg. Bahkan nanti bisa menyentuh ke level Rp60.000 per kg. Harga tembakau asepan ini mulai naik sejak adanya kenaikan harga BBM,” kata Juwandi di sela-sela kesibukannya memilah tembakau.

Juwandi menjelaskan, jenis tembakau yang ditanamnya adalah Grompol Jatim, seluas 10 hektar pada tahun 2022 ini. Hasilnya bisa mencapai 50 ton.

Tembakau jenis Grompol Jatim ini, banyak diminati pembeli dari negara-negara Uni Eropa dan Amerika.

“Tembakau asepan itu sangat dibutuhkan di sana (Uni Eropa dan Amerika) di saat musim dingin. Salah satunya untuk bahan baku cerutu atau filler,” tandasnya.

Pengurus Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah ini, selanjutnya mengasap semua tembakau yang sudah ia panen. Gudang yang untuk mengasap bisa memuat 5 ton tembakau sekali masuk. Di kanan kiri gudang oven, untuk proses penguningan daun dulu.

“Saya tidak pernah terlambat memetik tembakau, agar tidak rusak oleh hujan.Sekarang sudah siap untuk dikirim ke beberapa perusahaan yang bergabung, atau bermitra dengan petani di Kelompok Tani Rukun Sata. Sebagian tembakau lagi masih dalam proses pengasepan,” jelas Penasihat APTI Kabupaten Klaten ini.

Juwandi menambahkan, sekali panen, tenaga kerja yang terserap sekitar 60 orang, sehingga roda perekonomian warga semakin meningkat.

Juwandi yang sudah menjadi petani tembakau sejak muda itu mengakui, kontribusi tembakau kepada negara sangat luar biasa. Saat ini cukai tembakau menyentuh Rp200 triliun.

Salah seorang pekerja, yakni Sulastri (60), ia sudah lama bekerja ikut Juwandi saat panen tembakau. Perhari ia menerima upah Rp50.000.

“Sangat bersyukur, sudah tua masih bisa bekerja, hasilnya lumayan,” kata Sulastri.

Hartanti, Anggota DPRD Klaten dari Komisi IV yang mengurusi pertanian, sangat mengapresiasi pelatihan ini. Karena ujung-ujungnya, semua untuk kesejahteraan petani.

“Pelatihannya jangan hanya di sentra pertanian tembakau saja, harus merata, di tempat lain juga harus disentuh,” kata Hartanti dari Fraksi PDI-P ini. (Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini