KLATEN(TERASMEDIA.ID)– Banyak masyarakat yang tidak tahu, kalau di Klaten, Jawa Tengah, ada tokoh kharismatik yang membersamai perjuangan Pangeran Diponegoro mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi.

Makamnya sampai sekarang masih banyak dikunjungi peziarah dari berbagai kota.

Beliau adalah Mbah Kiai Imam Rozi Singomanjat, yang dimakamkan di Dukuh Tempursari, Desa Tempursari, Kecamatan Ngawen, Klaten, Jawa Tengah.

Keluarga Besar Mbah Imam Rozi, setiap tahun selalu mengadakan haul, untuk mendoakan almarhum sekaligus mengenang perjuangannya dalam mengusir penjajah.

Menurut salah satu Keluarga Besar Mbah Imam Rozi yang sekaligus menjadi Ketua Panitia Haul, Tri Budi Santoso, untuk tahun 2024 ini, sudah Haul yang ke-179.

Selain Haul untuk Mbah Imam Rozi, sekaligus untuk memperingati Haul KH Abdul Mu’id yang sudah berjalan selama 86 tahun.

Haul diperingati pada Senin (12/8/2024) di Tempursari.

“Mbah Abdul Mu’id ini keturunan Mbah Imam Rozi generasi ke- 4, dimakamkan dalam satu areal yang kami sebut Makam Keluarga Tempursari,” jelas Budi.

Dari pantauan wartawan, makam Mbah Abdul Mu’id berada di sebelah barat makam Mbah Imam Rozi, letaknya bersisian tidak begitu jauh.

Dalam peringatan Haul Mbah Kiai Imam Rozi Singomanjat yang ke-179 dan Haul KH Abdul Mu’id yang ke- 86 ini, diisi dengan kegiatan semaan Al-Qur’an, ziarah makam, pengajian, membacakan manaqib atau sejarah hidup Mbah Imam Rozi dan Mbah Abdul Mu’id, dzikir tahlil, dan lain-lain.

Dalam sejarahnya, Mbah Imam Rozi lahir tahun 1795 Masehi, adalah putra dari Kiai Maryani Wiromenggolo dari Cawas, Klaten. Beliau wafat tahun 1872 di usia 71 tahun.

Mbah Imam Rozi sejak muda sudah menjadi ulama yang cukup masyhur. Bahkan beliau sudah dikenal oleh Raja Keraton Kasunanan Surakarta Paku Buwono (PB)VI dan Pangeran Diponegoro.

Pada saat terjadi perang Diponegoro, usia Mbah Imam antara 24-30an tahun. Dirinya diangkat menjadi seorang utusan penghubung, yang bertugas menyampaikan pesan rahasia Pangeran Diponegoro kepada PB VI.

Mbah Kiai Imam Rozi lalu diangkat menjadi Panglima Perang (Manggala Yudha) dengan gelar Singa Manjat. Atas semua jasanya, beliau lalu diberi hadiah tanah perdikan di wilayah Tempursari, Klaten.

“Tanah perdikannya sangat luas, satu kampung Dukuh Tempursari ini. Seiring perjalanan waktu, tanah tersebut lalu dimiliki warga sekitar yang menghuni Dukuh Tempursari.

Namun tanah yang dikelola oleh Bani Abdul Mu’id juga masih luas. Sebagian untuk sekolah Ponpes, untuk makam keluarga, dan lain-lain.

Dari Mbah Kiai Imam Rozi inilah, lahirlah sejumlah tokoh ulama di Solo Raya. Antara lain Mbah KH Abdul Mu’id, seorang tokoh mursyid Syadziliyyah dan putranya KH Ma’ruf yang pernah menjadi Ketua Barisan Kiai Jawa Tengah.

Mbah Kiai Imam Rozi yang menjadi leluhur warga Tempursari ini, dikenal banyak mendirikan tempat ibadah, Pondok Pesantren, Majelis Taklim, baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur.

Setelah beliau wafat, yang mengurusi Pondok Pesantren dilanjutkan menantunya yaitu Kiai Zaid, diteruskan lagi Kiai Muhammad Thohir (menantu Kiai Zaid) hingga dilanjutkan oleh Mbah KH Abdul Mu’id bin Muhammad Thohir.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini