SEMARANG(TERASMEDIA.ID)– Planetarium UIN Walisongo Semarang akan menjadi salah satu lokasi melihat hilal atau rukyatul hilal di wilayah Jawa Tengah, untuk menentukan 1 Ramadan 1443 H.

Rukyatul hilal dipusatkan di Lantai 3 Planetarium Kampus 3 UIN Walisongo, Jumat(01/04/2022) sore.

Kepala Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo Ahmad Syifaul Anam mengatakan, pihaknya akan menggunakan alat teropong yang terbaru dengan pembesaran yang cukup maksimal.

“Alat yang kami datangkan cukup besar dan sangat bagus. Kami gunakan ini untuk melihat hilal dari sini, di mana hilal berada, di atas ufuk setinggi berapa, di sinilah akan menggunakan teropong hilal,” kata Syifa Anam, di Planetarium UIN Walisongo, Semarang, Selasa (29/03/2022).

Syifa menjelaskan, ada tiga teropong di lantai 3 Planetarium. Yakni, teropong besar dipakai untuk melihat objek kedalaman langit (deep sky object), teropong hilal, dan teropong matahari.

“Yang kami pakai nanti khusus yang teropong hilal. Karena mempunyai karakter sendiri,” ucap Syifa.

Di samping itu pula akan ditambah dengan teropong portabel, dengan penempatannya berada di titik lain, namun masih di lingkungan gedung.

Alat-alat itu juga bisa tergabung secara simultan dan terintegratif, sehingga memungkinkan bisa terlihat langsung dengan aktivitas yang ada di ruang planetarium.

“Apa yang dilihat perukyah bisa ditransformasikan, bisa dilihat oleh orang lain bersama-sama. Untuk menentukan awal Ramadan,” ujarnya.

Adapun teropong hilal, lanjut Syifa, akan melihat benda yang cukup dekat dan bisa tertangkap teropong dengan pembesaran objek yang mumpuni.

“Untuk alat ini sudah cukup besar karena bisa memenuhi semua lingkaran di teropong. Sehingga hilal akan kelihatan betul, “ jelasnya.

Dituturkan, di Planetarium UIN Walisongo, para perukyat (pengamat) hilal akan terlebih dulu ke ruang planetarium untuk mengikuti kegiatan simulatif, yakni memberi gambaran perkiraan bentuk hilal yang akan dipantau nanti.

Setelahnya, pengamat akan menuju lantai 3 Planetarium untuk melakukan rukyatul hilal.

Syifa menambahkan, dengan ikhtiar itu nantinya tetap berpotensi akan bisa melihat hilal.

Namun tidak menutup kemungkinan pula, berpotensi terhalang gangguan cahaya senja, dan awan.

“Sebetulnya saat rukyat dimungkinkan ada gangguan fisis, terutama gangguan dari cahaya senja. Jadi ketika matahari tenggelam maka tidak langsung gelap gulita, tapi gradual sinar matahari yang mulai hilang ketika betul-betul jauh itu baru hilang,” paparnya.

Gangguan fisis atau cahaya senja, terang Syifa, dalam intensitas besok hilal itu masih terlalu redup, sehingga memungkinkan hilal bisa dilihat, atau bisa didapat.

Diketahui, hasil rukyatul hilal yang dilakukan ini, kemudian akan dilaporkan sebagai bahan pertimbangan sidang isbat awal Ramadan 1443 H.(Han)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini