SUKOHARJO,TERASMEDIA.ID– Untuk meningkatkan swasembada pangan sesuai program Presiden Prabowo Subianto, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo dalam hal ini Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Sukoharjo dan petani, memanfaatkan burung hantu atau tyto alba sebagai pembasmi tikus yang ramah lingkungan.

Keseriusan DPP dalam memanfaatkan tyto alba, terbukti adanya rumah karantina tyto alba yang diberi nama P4S Harmoni (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya di Kampung Klurahan, Kecamatan Sukoharjo, Sukoharjo, Jawa Tengah.

“Dulu rumah karantina tyto alba tidak seperti sekarang ini, dulu masih sangat sederhana. Berkat support penuh dari Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan, Pak Bagas, Harmoni berkembang seperti saat ini,” ujar Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Sri Wijiastuti.

Sejak terbentuk tahun 2013 sampai sekarang, sudah berhasil membudidayakan serta melepasliarkan lebih dari 2000 tyto alba di alam bebas.

Bahkan, para petani dan penyuluh pertanian di luar Sukoharjo, banyak yang study tiru di rumah karantina ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Bagas Windaryatno, sejak dulu berkomitmen menjadikan Sukoharjo menjadi lumbung beras atau lumbung pangan.

Berkat kerja kerasnya yang didukung penuh para petani, Sukoharjo mampu menunjukkan keberhasilannya.

Terbukti, dalam beberapa tahun terakhir, Sukoharjo selalu surplus beras sebanyak 150 ribu ton per tahun. Dengan asumsi, dalam satu tahun, sawah di Sukoharjo mampu panen tiga kali.

Keberlangsungan ketahanan pangan ini, perlu didukung banyak aspek. Termasuk memanfaatkan keberadaan tyto alba.

“Tyto Alba ini makanannya harus tikus, tidak bisa tidak. Kalau diberi makanan selain tikus, tidak mau. Seekor burung hantu bisa memangsa 5 ekor tikus, ini luar biasa,” jelas Bagas dalam kegiatan Sosialisasi dan Pelepasan Tyto Alba P4S Harmoni Sukoharjo, Kamis (20/2/2025).

Masyarakat umum wajib tahu, kalau tyto alba ini sahabat petani. Sehingga dilarang keras untuk menangkap atau menembaknya.

“Apabila ada anakan tyto alba jatuh atau sakit, segera diambil dan diantar ke rumah karantina,” harap Bagas.

Di rumah karantina ini, burung hantu yang sakit dirawat hingga sembuh. Bila sudah bisa terbang, segera dilepas.

Dalam kegiatan sosialisasi ini, Komandan Kodim 0726 Sukoharjo, Letkol (Inf) Supri Siswanto, sangat mendukung penuh langkah yang diambil DPP dan petani. Juga mendorong petani untuk tetap rajin menanam padi, karena hasilnya akan dibeli dengan harga memuaskan.

“Para penebas (pembeli) gabah, jangan main-main dengan petani. Jangan sampai membeli gabah dibawah HPP, karena akan berurusan dengan kami,” kata Dandim yang disambut tepuk tangan.

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah hasil panen yang sudah dipatok pemerintah yaitu Rp6000 – Rp6500 per kilogramnya.

Adanya regulasi ini, untuk melindungi petani jangan sampai harga panen dipermainkan tengkulak.

Sehingga, lanjut Dandim, keberadaan tyto alba sangat perlu dibudidayakan dan dilindungi. Semakin sedikit hama di sawah, hasil panen petani semakin melimpah.

Tak hanya pemerintah dan petani saja yang concern terhadap keberadaan tyto alba. Pelestari Burung Indonesia (PBI), juga mendukung penuh.

Sebagai bentuk kepeduliannya, pengurus PBI memberi bantuan rubuha untuk dipasang di sawah.

“PBI sudah sering melakukan pelestarian burung di berbagai wilayah. Seperti di Ponorogo pelestarian burung merak, di Turi, Sleman pelestarian Anis merah dan Kacer, di Lumajang ada Cendet. dan lain-lain. Namun untuk tyto alba baru di Sukoharjo saja. Kami berharap tyto alba bisa berkembangbiak dan membantu para petani, “kata Bagyo Rohmadi, Ketua Umum PBI Pusat.

Dalam kesempatan tersebut, peserta kegiatan bergotong-royong memasang rubuha di tengah sawah dan melepasliarkan 5 ekor tyto alba.

Ketua P4S Harmoni, Kardiman yang juga petani mengatakan, saat ini rubuha di Kecamatan Sukoharjo yang masih berfungsi ada 22 rubuha dan yang rusak sebanyak 48 buah.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini