KLATEN, TERASMEDIA.ID – Menteri Lingkungan Hidup(LH) RI, Hanif Faisol Nurofiq melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah, di antaranya mengunjungi Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Aqua di Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (18/4/2024).

Kunjungan Menteri LH ini, menurut Manager CSR Aqua, Rama Zakaria, ingin melihat dari dekat proses konservasi berbasis DAS (Daerah Aliran Sungai) dan implementasi skema Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) yang telah dikembangkan oleh Aqua bersama mitra di Sub DAS Pusur.

Sesuai komitmen Kementerian LH, secara konsisten mendorong berbagai upaya konservasi yang terintegrasi, inklusif, dan berkelanjutan.

Pihak Kementerian LH sangat mengapresiasi kolaborasi multipihak dalam menjalankan upaya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan di wilayah Sub DAS Pusur.

“Konservasi sumber daya alam dari hulu ke hilir sangat penting, karena ekosistem bersifat saling terhubung. Saya berharap skema PJL yang dilakukan industri Aqua bisa diterapkan dan direplikasi di berbagai daerah lainnya di Indonesia,” harap Menteri LH.

PJL yang sudah dilaksanakan Aqua Klaten, sejalan dengan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor 2 Tahun 2025 tentang Pengembangan Sistem Pembayaran Jasa Lingkungan.

Kementerian LH berharap, Permen Kehutanan RI ini dapat meningkatkan partisipasi multipihak dalam upaya pemanfaatan sumber daya yang efektif dan berkelanjutan.

Selain mengunjungi Taman Kehati Klaten, Menteri LH juga mengunjungi Daerah Konservasi di Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali dan secara simbolis melakukan penanaman pohon.

Sementara Vice Presiden General Secretary Danone Indonesia menjelaskan, bahwa aksi kolektif multipihak dalam mengelola sumber daya air dari hulu ke hilir, sangat bisa menciptakan kelestarian lingkungan.

“Aksi kolektif multipihak yang sudah diinisiasi Aqua ini, menjadi langkah penting untuk menciptakan dampak nyata terhadap kelestarian lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Galuh.

Langkah nyata yang sudah ditempuh Aqua ini, lanjut Galuh, sejalan dengan komitmen perusahaan yang tertuang dalam pilar kedua Danone Impact Journey yaitu melestarikan lingkungan.

“Secara aktif, Aqua konsisten mengelola sumber daya air yang terintegrasi dari hulu ke hilir,” ucap Galuh.

Untuk skema PJL, Galuh menjelaskan, Aqua memberikan insentif kepada masyarakat yang berperan aktif dalam konservasi sumber daya air sekaligus memastikan terjaganya ketersediaan air.

Skema PJL ini sudah dilaksanakan Aqua bersama pemerintah setempat, mitra LSM yang peduli lingkungan, dan komunitas di berbagai wilayah Sub DAS seperti Cicatih (Jawa Barat), Kedung larangan (Jawa Timur), Rejoso (Jawa Timur), Ayung (Bali), serta Pusur (Jawa Tengah).

Pendekatan PJL memberikan insentif kepada masyarakat yang menerapkan teknik seperti sumur resapan, rorak, pembuatan pupuk organik, dan agroforestri.

Yang sudah dilakukan Aqua bersama Pusur Institute dalam menjalankan konservasi di daerah hulu yaitu Pengembangan Kecamatan Konservasi Tamansari, pembuatan sumur resapan, pembuatan lubang biopori, dan pembangunan embung Tirta Mulya di Boyolali.

Untuk kawasan tengah, diterapkan pertanian ramah lingkungan, perbaikan jaringan irigasi. Untuk kawasan hilir, ada program konservasi Revitalisasi Jogo Toya Kamulyan bersama Forum Relawan Irigasi.

Sedang kolaborasi bersama mitra LSM untuk menjembatani koordinasi antar pihak serta menentukan nilai insentif berdasarkan berbagai faktor. Misalnya, faktor kepemilikan lahan, pola tanam, dan jenis konservasi yang dilakukan.

Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, menyambut baik kerja sama multipihak yang sudah berlangsung.

“Sumber daya air perlu kita jaga bersama, baik antara pemerintah daerah, pelaku industri, serta seluruh elemen masyarakat. Jangan sampai kita terlena, agar air selalu ada untuk kehidupan,” kata Hamenang.

Bupati Boyolali, Agus Irawan, mengatakan bahwa pemberian insentif kepada masyarakat yang menjaga konservasi, sangat perlu.

Karena hal ini akan mendorong kesadaran dan praktik pertanian di hulu yang mampu mencegah erosi dan menjaga keseimbangan air tanah di hilir.

“Selain berdampak positip bagi ekosistem, program ini juga menguntungkan secara ekonomi. Terlebih, debit air di kawasan konservasi lebih stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata Agus.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini