Seorang relawan sedang memberikan contoh cara menghirup air mendidih yang sudah dicampur Eucalyptus.(FOTO:TM/HN)

BANYUMAS(TERASMEDIA.ID)-Lonjakan angka kematian kasus Covid-19 di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah membuat relawan Covid-19 sangat dibutuhkan untuk ikut serta dalam penanganan wabah tersebut. Berbeda dengan relawan pada umumnya, relawan Covid-19 diharuskan menjalankan tugas kemanusiaan dengan memperhatikan potensi penularan.

Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas, Jawa Tengah, turut serta dalam kegiatan KKN Relawan Covid-19 yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Banyumas dengan menerjunkan 247 mahasiswa dari berbagai fakultas untuk menjadi relawan Covid-19 Purwokerto yang tersebar di 16 titik.

Ketua KKN RCB UMP Wahyu Aji Prakoso,mengatakan, sejumlah 26 mahasiswa dialokasikan untuk rumah karantina Hotel Tiara, yang bertugas membantu kegiatan harian mulai dari pemeriksaan fisik, senam bersama, edukasi kesehatan, pengisian rekam medis, disinfektan, rujuk, penerimaan pasien hingga terapi Eucalyptus.

Terapi Eucalyptus merupakan ciri khas pada rumah karantina hotel tiara, beberapa bulan yang lalu terapi ini sempat menjadi trend di kalangan masyarakat karena dipercaya dapat membantu penyembuhan pasien Covid-19. Terapi ditujukan bagi sebagian pasien yang mengalami hilangnya penciuman dan hidung mampet.

Setiap pagi kegiatan ini dilakukan selama 3-5 menit setiap pasien, caranya cukup mudah yaitu hanya memperlukan air mendidih yang diberi minyak Eucalyptus sebanyak lima sendok teh dan dihirup uapnya.

Menurut Wahyu Aji Prakoso, berdasarkan penelitian Anosmia pada Covid-19 yang dilakukan oleh Ishak Samuel dan Budi Riyanto Wreksoatmodjo tahun 2021, terdapat empat cara untuk menstimulasi indera penciuman pasien Covid-19 (Olfaktori Training) salah satunya terapi Eucalyptus.

“Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat efek terapi Eucalyptus pada pasien anosmia total namun memerlukan waktu lebih lama untuk mengembalikan penciuman dibanding anosmia ringan,” ujar Wahyu.

Penelitian ini didukung dengan hasil dari terapi Eucalyptus yang sudah dilakukan oleh rumah karantina Hotel Tiara selama dua pekan ini. Pasien merasa lega pada pernafasannya dan dapat membau sedikit demi sedikit.

“Saya sudah melakukan terapi ini 2 kali dan saya merasa plong tapi masih belum kecium, karena saya baru anosmia kemarin,” kata salah satu pasien berinisial N.

“Dari terapi ini dimulai sampai 6 hari terapi, saya merasa plong dan bisa mencium tapi cuma 1-2 jam saja setelah itu samar – samar,” imbuh N.

Kendati demikian, terapi Eucalyptus ini memiliki efek samping yaitu dapat menimbulkan pusing jika terlalu lama menghirup uap bagi pasien dengan anosmia ringan.

“Dapat disimpulkan bahwa terapi Eucalyptus memiliki manfaat yang baik untuk menstimulasi indera penciuman pada pasien Covid-19 yang memiliki gejala anosmia namun disarankan untuk tidak terlalu lama karena dapat memberikan efek samping. Terapi Eucalyptus ini sudah menjadi rutinitas setiap pagi di Rumah Karantina Hotel Tiara Purwokerto,” pungkasnya.(HN)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini