Anggota DPR RI Komisi VI Luluk Nur Hamidah saat memberikan materi Bintek Peternak di Hutan Jati Desa Plosorejo, Gondang, Sragen.(FOTO:TM/SL).

SRAGEN(TERASMEDIA.ID)-Monopoli bisnis telur oleh perusahaan besar dikeluhkan para peternak telur di wilayah Eks Karisidenan Surakarta dan sekitarnya. Terutama soal harga yang murah hingga sulit menutup biaya produksi.

Selain itu, ada dominasi perusahaan besar terkait produksi telur,mengakibatkan peternak telur perusahaan kecil selalu merugi.

Keluhan itu disampaikan salah satu peternak ayam petelur asal Sragen, Sunarsih(45), pada acara Bintek Peternak di Hutan Jati Desa Plosorejo, Gondang, Sragen, Minggu(31/10/2021).

Ia menyampaikan, saat ini harga telur tidak stabil dan cenderung anjlok. Sehingga tidak sebanding atas harga telur yang dijual dengan pakan ternak yang tinggi.

Dengan kondisi ini, pihaknya berharap pemerintah pusat untuk membuat regulasi yang membatasi perusahaan besar dalam hal produksi. Karena sebelumnya perusahaan besar hanya terbatas pada pullet ayam petelur dan pakan. Namun saat ini produksi telur juga sudah dikuasai perusahaan besar.

”Jadi kami peternak kecil ini kewalahan untuk menjual hasil produksi kami. Kalaupun bisa dijual, tidak sebanding dengan harga pakannya. Kalau harga Rp 19-20 ribu per kilogram, kita baru bisa ngangkat pakan. Kalau saat ini belum ngangkat, baru sekitar Rp 17,5 tibu untuk daerah operasi Soloraya,” katanya.

Sunarsih menyampaikan, sebagian besar pulau jawa mempunyai permasalahan yang sama. Meski harga pakan ternak turun pun belum banyak membantu, selama perusahaan besar masih dominan untuk produksi telur.

Sementara itu, anggota DPR RI Komisi VI Luluk Nur Hamidah, menanggapi soal permasalahan peternak ayam petelur skala kecil ini, menegaskan bahwa tidak boleh terjadi penguasaan dari hulu ke hilir perusahaan dengan cara monopoli.

“Harus diperjelas ijin usaha sebagai penyedia pakan, atau pembudidaya. Karena yang dihadapi perusahaan besar yang menguasai sektor dari hulu ke hilir. Dan ini jadi masalah yang tidak pernah bisa dituntaskan para peternak lokal,” kata Luluk Nur Hamidah.

Menurut Luluk Nur Hamidah, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Ia mengaku kasihan terhadap peternak kecil atau peternak telur lokal yang selalu menjadi korban harga.

“Saya akan segera mengambil langkah untuk segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk segera bersama sama untuk mengatasi permasalahan harga telur yang terjadi di Kabupaten Sragen,”ujar Luluk Nur Hamidah.

Menurutnya, banyak kandang petani telur di Sragen yang tutup karena kalah saingan dengan petani telur yang sudah terintegrator atau perusahaan besar.

“Oleh sebab itu, saya akan memperjuangkan petani telur golongan kecil agar mereka bisa menikmati hasilnya sama dengan perusahaan yang besar,” tegasnya.(SL)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini