BOYOLALI(TERASMEDIA.ID)– Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah, terus melakukan sosialisasi cegah stunting.
Kegiatan berjudul “Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting” bersama mitra kerja, berlangsung di Desa Selodoko, Kecamatan Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (18/6/2024).
Sosialisasi diikuti 300 peserta dari para kader Posyandu, tim pendamping keluarga, tokoh masyarakat, dan lain-lain.
Hadir narasumber anggota DPR-RI Komisi IX, Rahmad Handoyo, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih, dan Kepala Dinas P2KBP3A Boyolali, Ratri Sulvivalina.
Narasumber Rahmad Handoyo kembali mengingatkan kepada semua peserta, agar menjalankan pola hidup sehat. Karena, apa yang dilakukan oleh orangtua, akan ditiru oleh anak cucunya kelak.
“Bila pola hidup orangtua sudah sehat, pasti akan ditiru oleh anak cucu kelak. Kesadaran hidup sehat ini sangat penting untuk mencegah stunting,” kata Rahmad Handoyo, politisi dari Fraksi PDIP tersebut.
Untuk mencegah stunting, lanjut narasumber Eka Sulistia Ediningsih, ada lima sasaran yang harus diperhatikan.
Yaitu remaja atau calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan baduta serta balita.
Untuk para calon pengantin, harus memeriksakan kesehatannya tiga bulan sebelum hari H pernikahan. Tujuannya untuk mengoreksi atau menyembuhkan penyakit, bila ditemukan gangguan kesehatan.
“Para calon pengantin harus diukur lingkar lengan atas (Lila) harus 23,5 sentimeter, hemoglobin harus 12, serta berat badan dan tinggi badan. Usia catin untuk perempuan itu harus 21 tahun dan catin pria 25 tahun,” jelas Eka.
Dalam kesempatan tersebut, Eka mengajak menyanyi lagu Aku Anak Sehat. Dengan mengingat isi syair lagu tersebut, bisa sebagai pedoman dalam menurunkan stunting.
Aku anak sehat, tubuhku kuat, karena ibuku rajin dan cermat.
Di potongan syair ini, Eka memberi koreksi, agar bukan ibunya saja yang rajin dan cermat, namun bapaknya juga harus ikut serta.
“Bapak-bapak juga harus rajin dan cermat dalam menurunkan angka stunting, jangan diserahkan ibunya terus,” ujar Eka.
Untuk memantau tumbuh kembang baduta dan balita, tambah narasumber Ratri Sulvivalina, para orangtua harus rutin mendatangi Posyandu.
Ada buku pegangan untuk orangtua, dalam mencatat perkembangan sang anak. Nama buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau buku pink.
Buku KIA ini berisi informasi kesehatan untuk ibu, sejak masa hamil, saat melahirkan, masa nifas, dan berlanjut untuk mencatat tumbuh kembang anak sampai usia 6 tahun.
“Buku KIA ini tidak hanya diperuntukkan bagi ibu-ibu saja, tetapi bapak dan anggota keluarga lain, juga harus mempelajari informasi kesehatan yang ada di buku ini,” kata Ratri.
Dalam kesempatan tersebut, panitia membagikan doorprize menarik untuk para peserta. Antara lain voucher belanja, setrika listrik, sepeda gunung, dan lain-lain.(Hasna)