KLATEN(TERASMEDIA.ID)– Musim kemarau bagi sebagian petani bisa menghambat lajunya pertanian, karena pasokan air berkurang.
Namun bagi petani tembakau, musim kemarau ini justru sangat menguntungkan.
Seperti yang dilakukan Juwandi (53) petani asal Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah ini.
Dirinya justru memperluas lahan untuk ditanami tembakau dan mengerahkan seratusan petani.
Lahan yang sebagian sudah ditanami tembakau ini, pada awalnya merupakan lahan tidur yang sudah satu tahun menganggur.
Lahan seluas satu hektar ini merupakan tanah kas Desa Kurung, Ceper, Klaten. Lebih tepatnya tanah garapan milik Kepala Desa Kurung, yang berada di Dukuh Salak, Desa Kurung.
“Ini tanah lungguh Kades Kurung, sekitar setahun menganggur tidak ditanami apapun. Di lahan ini ditumbuhi rumput liar, sehingga saya harus mengerahkan sekitar 100 orang petani untuk membersihkannya,” jelas Juwandi, baru-baru ini.
Setelah lahan bersih, Juwandi menanam tembakau asepan varietas grompol.
Selain bermanfaat ganda, yaitu memanfaatkan lahan tidur, Juwandi juga memberi pekerjaan kepada para buruh petani baik petani pria maupun wanita.
Juwandi mengakui, untuk membersihkan gulma dan rumput liar di lokasi ini, tidak bisa menggunakan alat pertanian. Cara terjitu hanya bisa mengerahkan buruh tani.
Juwandi mengaku nekat dengan uji coba tanam tembakau, meskipun untuk mengolah tanahnya harus mengeluarkan biaya tinggi.
“Saya uji coba dulu tanam tembakau mulai tahun ini, nanti hasilnya bagaimana? Kalau hasilnya bagus ya lanjut untuk menambah sewa,” ujar Juwandi.
Bagi Juwandi yang sudah kenyang makan asam garam dunia pertembakauan, membuka lahan untuk memperluas jaringan, bukanlah hal baru.
Di Klaten, Juwandi sudah menanam tembakau jenis grompol seluas 5 hektar, yang tersebar di beberapa lokasi.
Sejak dulu, dirinya selalu menanam tembakau jenis grompol karena pangsa pasar sangat terbuka lebar.
“Tembakau asepan varietas grompol ini sangat digemari untuk pasar ekspor sebagai salah satu bahan cerutu,” kata Juwandi.
Dengan membuka lahan tidur ini, para buruh tani mengaku senang karena ada pekerjaan sehingga penghasilan tidak berhenti.
“Kalau buruh seperti kami ini kan tidak mendapatkan uang kalau tidak bekerja? Ya saya senang, ada pemasukan uang, temannya banyak,” kata Etik, salah seorang buruh.
Etik bersama buruh wanita lainnya, tugasnya membersihkan rumput liar agar tidak menggangu tembakau.
Untuk petani pria, tugasnya mencangkul dan juga memangkas gulma yang tinggi.
Dengan mengerahkan sekitar 100 orang buruh tani ini, Juwandi berharap, pekerjaan cepat selesai, sehingga lahan bisa segera ditanami secara menyeluruh.
(Hasna)