Oleh: Tresha Pebri Romadoni S.M.,M.I.Kom
Dewasa ini, kesadaran akan kesehatan mental menjadi salah satu hal positif yang dapat dilihat dalam masyarakat. Sekali lagi, yang dianggap positif adalah bagaimana masyarakat mulai menyadari betapa isu kesehatan mental dapat berdampak dalam kehidupan.
Lalu, apa sebenarnya yang disebut sebagai kesehatan mental? Terdapat beberapa definisi mengenai kesehatan mental menurut para ahli.
Dr. Jalaluddin mengemukakan pendapatnya bahwa kesehatan mental berarti keadaan nyaman, aman, dan tentram yang tertanam dalam batin seseorang sehingga dapat mengupayakan ketenangan batin.
Menurut Daradjat, kesehatan mental adalah bagaimana proses penyesuaian diri dari seseorang terhadap apa yang terjadi dalam dirinya, dalam orang lain, dan juga dalam masyarakat sekitar.
Tujuan dari penyesuaian diri tersebut adalah supaya seseorang dapat menghadapi permasalahan yang datang untuk mengubahnya menjadi kebahagiaan. Sehingga, ketika seseorang dikatakan memiliki kesehatan mental yang baik, maka ia akan dapat memberikan kebahagiaan kepada diri sendiri dan lingkungannya.
Seseorang dengan mental yang sehat akan mengerti soal kehidupannya. Artinya, dalam kondisi normal tersebut, maka seseorang dapat beraktivitas secara normal, mampu mengatasi setiap permasalahan yang ada, dan mewujudkan apapun itu yang dapat menunjang kebahagiaan baik itu untuk dirinya, orang yang tersayang, dan juga keluarga maupun semua orang yang ada di lingkungannya.
Terdapat istilah men sana in corpores sano yang artinya di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Istilah tersebut ternyata memang benar. Ketika jiwa atau mental seseorang berada dalam titik yang sehat, maka semua potensi yang dimiliki seperti kekuatan fisik pun akan menjadi kuat.
Seseorang yang berada dalam kondisi tersebut dapat melakukan apa pun yang dikatakan sebagai kegiatan produktif baik itu dalam karir, pendidikan, dan hal lainnya. Kesehatan mental berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan seseorang.
Tiap-tiap orang pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Berbagai usaha dilakukan supaya dapat mencapai titik bahagia. Baik itu laki-laki maupun perempuan, semuanya menginginkan kebahagiaan.
Dalam hal ini, perlu diulas dari sisi perempuan yang dianggap sebagai tingkat gender yang lebih mudah terkena gangguan kesehatan mental ketimbang laki-laki dalam berbagai penelitian yang sudah pernah dilakukan.
Meskipun perempuan dianggap sebagai sosok yang lebih ekspresif dalam menunjukkan kebahagiaan, justru di titik itulah perlu untuk dicari tahu ketika perempuan tidak lagi menunjukkan kebahagiaan yang dirasakan.
Karena mungkin saja, terdapat permasalahan mental yang dirasakan sehingga si perempuan tidak lagi merasakan kebahagiaan atau sulit untuk melakukan segala upaya demi mencapai kata bahagia.
Salah satu alasan terbesar mengapa perempuan dianggap lebih rentan terkena gangguan kesehatan mental adalah karena adanya status dan peranan yang harus diemban oleh perempuan dalam menjalani kehidupannya.
Apalagi ketika harus dihadapkan dengan patriarki dan juga dunia modern yang semakin menuntut perempuan untuk dapat melakukan apa saja. Dilihat dari sudut pandang patriarki, maka perempuan identik dengan sumur, dapur, dan kasur.
Intinya dari ketiga hal tersebut adalah perempuan menjadi sosok pelayan bagi pasangan dan keluarganya. Namun, di dunia yang lebih modern, perempuan juga dapat memiliki peran sebagai sosok yang berkarir untuk menggapai cita-citanya. Dua hal yang bertentangan ini tentu menimbulkan dilema bagi perempuan yang merasa harus dapat memenuhi semuanya secara seimbang.
Kebahagiaan perempuan hendaknya menjadi fokus utama dalam masyarakat. Karena memang tuntutan yang begitu tinggi terhadap perempuan, maka hendaknya perempuan perlu untuk merasakan kebahagiaan.
Apalagi ketika perempuan itu memiliki peran sebagai ibu dan juga memiliki peran penting dalam karir dan pekerjaan. Perempuan tersebut perlu menjadi ibu yang baik untuk pertumbuh kembangan anak-anaknya dan dapat menjadi istri yang baik juga bagi pasangannya.
Selain itu, karirnya yang sedang dibangun juga perlu untuk terus dipertahankan. Sehingga kebahagiaan perempuan yang terbebas dari gangguan kesehatan mental perlu diutamakan. Karena, apabila perempuan memiliki gangguan kesehatan mental, maka semuanya akan menjadi berantakan.
Mulai dari kondisi fisik dan psikis dari perempuan tersebut yang akan rentan terkena penyakit secara fisik dan juga akan sulit untuk menjalankan peran dan statusnya dalam kehidupannya.
Perempuan di masa sekarang memiliki hak yang setara dengan laki-laki. Peran yang besar dan juga status yang mengiringinya menjadi tanggungjawab bersama supaya perempuan dapat terbebas dari gangguan kesehatan mental serta mencapai kebahagiaan.
Oleh sebab itu, hendaknya, kualitas hidup dan kebahagiaan perempuan layak untuk diperjuangkan bersama-sama oleh semua pihak tanpa terkecuali.*