SUKOHARJO(TERASMEDIA.ID) – Film Srimulat sudah diputar di beberapa cinema tanah air, termasuk di XXI The Park Solobaru, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Untuk mengapresiasi film ini, sejumlah fans fanatik berdandan ala pemain Srimulat saat masuk ke gedung bioskop.

Tak ayal, penampilan yang tak biasa ini, menjadi perhatian para penonton lainnya.

Mereka beramai-ramai minta foto bersama, sebelum dan sesudah keluar dari bioskop.

Gabungan para seniman dan warga biasa ini, ada yang berdandan ala Asmuni dengan kumis tipis di bawah hidungnya, ada yang berdandan ala Basuki, Gepeng, Rohana, DJujuk, Mamiek Prakosa, Tarzan, dan lain-lain.

Selain berdandan, mereka juga membawa poster bertuliskan fans berat Srimulat.

Menurut Koko, salah seorang putra maestro yang melahirkan Srimulat, Teguh – Djujuk, dirinya tidak menyangka kalau sambutan masyarakat sangat luar biasa. Dirinya terharu, ternyata nama Srimulat masih sangat melekat di hati warga Solo Raya.

“Wah, ini sambutan yang luar biasa keren. Semua pasti bangga dengan sambutan ini, yang sudah meluangkan waktu dengan berdandan seperti pemain Srimulat. Tidak hanya saya saja yang surpraise, namun juga para pemain, sutrada, produser, semua pasti surpraise,” kata Koko.

Untuk merealisasikan film ini, tambah Koko, diperlukan waktu yang sangat panjang. Persiapannya hampir empat tahun. Beberapa kali sempat ganti sutradara dan ganti skenario.

Bahkan, tantangan lainnya, dari 11 pemain yang terlibat, tiga diantaranya yang bisa bahasa Jawa.

“Perjuangan para pemain luar biasa, dari 11 pemain, yang bisa ngomong bahasa Jawa hanya tiga orang. Meski demikian, kita sama-sama belajar. Karena film ini kan dialognya sebagian besar bahasa Jawa. Sehingga begitu film selesai, tidak kentara kalau mereka gak bisa ngomong bahasa Jawa,” papar Koko sambil tertawa.

Tidak hanya masyarakat biasa dan para seniman saja yang mengapresiasi film besutan sutradara Fajar Nugros ini.

Ada juga anggota DPR RI asal Sukoharjo, Mohamad Toha yang rela meluangkan waktunya ikut bergabung dan berdandan sebagai Mamiek Prakosa.

“Film ini mengingatkan kembali kepada semua masyarakat Indonesia, bahwa kita punya Srimulat yang mampu menghibur siapa saja. Bagi saya, Srimulat itu The Legend, cikal bakal standup comedi, cerita-ceritanya menginspirasi lawakan-lawakan dan lakon-lakon drama, ketoprak, dan lakon apapun yang ada di Indonesia,” beber Toha.

Untuk itu, dirinya bersama rekan-rekan lain, ikut mengapresiasi dengan cara berdandan sesuai karakter para pemain.

Selain mengapresiasi Srimulat secara keseluruhan, pihaknya juga sangat mengapresiasi pemrakarsa lahirnya Srimulat yaitu pasangan suami istri Teguh – Djujuk.

“Dari Srimulat ini, lahir pelawak-pelawak terkenal yang karakternya tak perlu kita ragukan lagi. Ada Nunung yang masih eksis sampai sekarang, ada Tarzan, ada Tessy, dan lain-lain.

Bagi anggota Srimulat yang sudah tiada, Toha mendoakan agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan. Dan bagi anggota yang masih hidup, ia doakan tetap sukses sampai akhir hayat.

Toha sangat mendukung langkah yang diambil Koko, yang sudah berlelah-lelah untuk melahirkan kembali Srimulat dengan pemain para generasi penerus.

Tujuannya adalah roh Srimulat jangan sampai mati atau berakhir.

Sebagai sutradara, Fajar Nugros berhasil membuat penonton selalu tertawa di menit-menit awal, begitu film diputar.

Secara keseluruhan, semua pemain yaitu Bio One sebagai Gepeng, Elang El Gibran sebagai Basuki, Dimas Anggara sebagai Pak Timbul, Ibnu Jamil sebagai Tarsan, Teuku Rifnu Wikana sebagai Asmuni, Erick Estrada sebagai Kabul, Zulfa Maharani sebagai Nunung, Morgan Oey sebagai Paul, Rukman Rosadi sebagai Teguh, dan Erika Carlina sebagai Djudjuk, bermain sangat apik dengan dialog bahasa Jawa sangat lancar.

Salah seorang penonton, Stevan (40 ) warga Jakarta, mengaku sangat senang bisa menonton film Srimulat: “Hil yang Mustahal” ini.

Kebetulan dirinya pulang kampung di Sukoharjo, sehingga ia menonton sekalian bersama keluarganya.

“Lucu sekali, sangat menghibur. Tadi di dalam bioskop tertawa terus saya dan anak-anak. Tapi sayangnya, Pak Presiden tidak tertawa. Saya berharap, di sekuel selanjutnya, Pak Presiden tertawa deh, hahahaha,” kata Stevan seusai nonton.

Ya betul, di dalam adegan film Srimulat ini memang ada adegan Presiden Soeharto beserta Ibu Tien tengah menyaksikan Srimulat. Namun sayang, selama Srimulat tampil di panggung istana negara, Pak Presiden tidak pernah tertawa, sehingga hal ini membuat Asmuni galau berat.

Penonton lainnya, Kevin Zakaria (25 tahun), mengaku tidak mengenal Srimulat secara langsung, karena jaman sudah berbeda. Ia mengenal Srimulat dari dunia maya dan cerita-cerita keluarganya.

“Dari situlah saya penasaran. Seperti apa sih penampilan Srimulat itu? Lucunya kayak Warkop DKI gak ya? Makanya saya memutuskan untuk nonton di awal, begitu film sudah diputar. Ini tadi saya nonton bersama kawam-kawan, jumlahnya 15 orang,” kata Kevin.

Para penonton lainnya mengaku, kurang puas dengan ending film Srimulat: “Hil yang Mustahal” ini.

Masih ada yang menggantung, masih membuat penasaran dengan perjuangan Gepeng yang berganti nama menjadi Fredy begitu tiba di Ibu kota Negara.

“Mampukah Gepeng meraih cita-citanya? Mampukah para anggota Srimulat itu mewujudkan impiannya? Meski di dunia nyata mereka sudah legend, namun di film tetap saja ada harap-harap cemasnya,” kata Ratri, penonton asal Klaten.

Para penonton berharap, sekuel berikutnya bisa dipercepat. Bagi mereka, film Srimulat ini benar-benar menghibur. (HN)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini