SRAGEN(TERASMEDIA.ID)-Setelah ditiadakan selama dua tahun, SMA Negeri 1 Sukodono Sragen kembali menggelar Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Selain itu, para guru juga mulai menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar untuk pertama kali.

Tak hanya itu saja, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) pada tahun ajaran 2022/ 2023 menekankan untuk tidak mengadakan perploncoan pada MPLS.

Ketua MKKS SMA Negeri 1 Sukodono Kabupaten Sragen, Wasiyo menyampaikan MPLS digelar serentak di masing-masing sekolah pada Senin (11/07/2022) ini. Dia menyampaikan agar anak didik baru lebih mengenal lingkungan sekolah, agar bisa beradaptasi dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

”Agar anak mengenal lingkungan, guru, teman-teman barunya dan sebagainya terkait sekolah. MPLS tahun ini kembali digelar dan diikuti 100 persen siswa baru setelah dua tahun vakum. Dan terakhir tahun ajaran sekolah 2019/2020,” kata Wasiyo, Senin(11/07/2022).

Wasiyo mengaku, pihak MKKS belum menerima laporan terkait adanya pelanggaran selama MPLS ini. Dia menegaskan, agar semua sekolah menjalankan MPLS sesuai ketentuan. Yakni mengenal lingkungan belajar, guru, program pembelajaran dan sebagainya.

Pada tahun ajaran 2022/2023 ini, menjadi kesempatan pertama dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka Belajar. Dia menjelaskan agar anak belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki.

”Jadi untuk gaya belajar mengurangi terpusat pada guru, terpusat pada siswa. Saya selama mengajar, dengan metode seperti ini lebih menyenangkan,” ujar Wasiyo.

Menurut Wasiyo, dalam Kurikulum Merdeka Belajar, penilaian juga bermacam-macam, ada kognitif, tugas, project, survey karakter dan hasil tes. Hasil dari tes atau ujian hanya salah satu bagian penilaian.

”Sehingga siswa punya banyak nilai, tidak hanya kognitif, tidak tergantung nilai test,” terang Wasiyo.

Terpisah Kepala SMK Citra Medika Nglorok, Sragen, Nano Priyanto, menggelar MPLS tahun ini menghindari perploncoan. Namun mengenalkan pada siswa didik baru pada kebhinekaan yang global.

”Kita kenalkan perbedaan, tidak hanya Indonesia, tapi juga tingkat dunia,” katanya.

Nano Priyanto juga mengatakan, dalam MPLS, para siswa baru dikenalkan dengan sejumlah keterampilan para kakak tingkatnya. Seperti pencak silat, karate, tarian dan kemampuan pertolongan pertama pada kebakaran.

Selain itu, terkait kurikulum merdeka belajar, Nano menjelaskan membuat anak merasa semangat, dan bahagia saat belajar.

”Kalau dulu ada momok seperti pelajaran matematika. Sekarang nggak ada. Guru tidak bisa mengajar selama siswa belum happy,” ujarnya.

Menurut Nano, kunci dari suatu mata pelajaran, siswa dapat memahami intinya. Karena sebelumnya terlalu banyak materi, namun tak optimal.

”Semisal pelajaran kewirausahaan, selama siswa bisa jualan, lulus pelajaran tersebut. Atau agama, sudah menjalankan sholat lima waktu, baca al quran dan hormat pada orang tua ya lulus,” terangnya. ( SL)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini