Tiga pelaku saat dihadirkan pada acara jumpa pers di Mapolres Grobogan.(FOTO:TM/ Han)

GROBOGAN(TERASMEDIA.ID)-Tiga warga Semarang yang menjual pacarnya masih di bawah umur melalui aplikasi MiChat ditangkap Satreskrim Polres Grobogan di sebuah hotel yang ada di Purwodadi, Grobogan.

Ketiga orang yang diamankan Satreskrim Polres Grobogan, yakni VMF (24) dan VNAC (19) warga Bandarharjo, Semarang Utara dan HV (20) warga Candisari, Semarang. Sedangkan korban prostitusi online melalui MiChat yakni FAS (15), ADN (17) dan NPM (16) yang ketiganya juga merupakan warga Kota Semarang.

Hal itu disampaikan Kapolres Grobogan AKBP Dedy Anung Kurniawan melalui Kasatreskrim Polres Grobogan, AKP Kaisar Ariadi Pradesa saat menggelar press release di Mapolres Grobogan, Jum’at (02/06/2023).

Penangkapan itu sendiri, berawal dari adanya informasi masyarakat bahwa di hotel tempat dilakukan penangkapan tersebut sering digunakan untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang.

Kasatreskrim Polres Grogan mengatakan, ketiga pelaku awalnya merayu korban untuk berpacaran. Setelah berpacaran, ketiga pria bejat itu juga melakukan persetubuhan dengan korban dan juga menjualnya lewat MiChat.

“Para pelaku memegang ponsel korban, dan berpura-pura menjadi korban dengan foto korban yang sudah dipasang di aplikasi MiChat,” kata Kasatreskrim Polres Grobogan.

Kasatreskrim mengatakan, dari tangan pelaku petugas mengamankan barang bukti berupa alat kontrasepsi, ponsel dan uang tunai sebesar Rp. 200 ribu.

“Para pelaku ini cukup berani. Dan ada indikasi bahwa perbuatannya ini tidak hanya dilakukan sekali ini saja,’’ ucap Kasatreskrim.

Kasatreskrim mengaku, para pelaku ini akan diancam dengan pasal 88 UU RI No. 17 Tahun 2016 tentang penetapan Perpu RI No. 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas undang-undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menjadi undang-undang dan atau pasal 12 undang-undang nomor 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang dan atau pasal 45 ayat 1 undang-undang nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas undang-undang nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.

“Ancaman pidana 10 tahun penjara dan denda Rp. 200 juta,’’ jelas Kasatreskrim.

Dari prostitusi online itu sendiri, korban dijual dengan tarif sekitar Rp. 200 ribu. Kemudian hasilnya akan dibagi oleh para pelaku. Dalam satu hari, para pelaku mengaku dapat menjual korbannya tersebut tiga hingga empat kali.

Sementara itu, VMF (24) yang mempunyai ide tersebut pertama kali mengaku hasil pembagian antara dirinya dengan korban tergantung ramai dan sepinya tamu.

‘’Paling besar mendapatkan bagian Rp. 800 ribu. Grobogan ramai pak,’’ ujar VMF.(Han)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini