SUKOHARJO(TERASMEDIA.ID)– Sesuai amanat Presiden Joko Widodo, bahwa angka stunting harus turun di tahun 2024, kini semua pihak terus bergerak.
Di antaranya, adanya Sosialisasi Promosi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja.
Kali ini sasarannya warga Desa Grogol, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Kegiatan dilaksanakan di Gedung Serba Guna Srikandi Grogol, Jumat (15/09/2023).
Dengan narasumber Anggota Komisi IX DPRRI Rahmad Handoyo, Ketua Tim Pokja Admin (Advokasi Penggerakan dan Informasi) BKKBN Jateng, Nasri Yatiningsih, serta Kabid KB Dinas P2AKB Sukoharjo, Yudianta.
Selaku Komisi IX DPRRI yang membidangi kesehatan, Rahmad Handoyo mengajak kepada seluruh masyarakat untuk bergotong royong mengatasi stunting.
“Di sini ada tim pendamping keluarga, ada bidan desa, ada tokoh masyarakat, ada tokoh agama, ada anak-anak muda, mari bersama-sama di lingkungan kita tidak ada yang stunting,” jelas Rahmad Handoyo, anggota DPRRI dari Dapil V Jateng (Solo, Sukoharjo, Boyolali, Klaten) tersebut.
Apabila di sekitar kita ada yang stunting, Rahmad Handoyo mengetuk hati kepada pihak swasta untuk ikut peduli dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi dan bernutrisi tinggi.
Karena, anak yang beresiko stunting, selama belum berusia dua tahun, masih bisa dikoreksi, dengan pemberian asupan gizi yang seimbang.
Ketua Tim Pokja Admin BKKBN Jateng, Nasri Yatiningsih, selain persiapan para calon pengantin sebelum menikah sampai melahirkan bayi, harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan.
“Calon pengantin yang sudah cukup umur sudah, siap mental untuk melahirkan dan menjadi orangtua sudah, kini tinggal bagaimana cara merawat bayi yang baik. Di antaranya, dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan,” kata Nasri.
Pemberian ASI eksklusif ini, lanjut Nasri, bisa mencegah stunting. Setelah 6 bulan, bayi diberi tambahan makanan pendamping yang lembut-lembut.
Nasri juga mengingatkan, bagi pasangan muda yang akan program hamil, sebaiknya suaminya tidak merokok terlebih dahulu. Agar janin yang dikandung istri, nantinya menjadi bayi yang sehat.
Persiapan mental lainnya, dalam perkawinan tidak boleh stress. Kalau istri stress, kandungannya bisa terganggu. Bila sudah mempunyai bayi, merawatnya juga kurang fokus, sehingga tumbuh kembangnya terganggu.
Selain itu, tambah Nasri, keluarga harus memperhatikan sanitasi dan kebersihan lingkungan.
“Bila sanitasi dan lingkungan kita bersih, anak tidak mudah sakit. Ini harus diperhatikan betul,” ujar Nasri.
Narasumber lainnya, Yudianta Kabid KB dari Dinas P2AKB Sukoharjo mengatakan, untuk mencegah stunting, salah satunya peran program Keluarga Berencana, untuk menghindari 4T.
“Yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak, sehingga harus ikut program KB,” kata Yudianta.
Yudianta melanjutkan, sesuai peraturan calon pengantin perempuan harus berusia 21 tahun dan calon pengantin pria berusia 25 tahun.
Dari peraturan agama, yang boleh menikah harus berusia 19 tahun. Namun kenyataannya, di Sukoharjo masih ada anak di bawah usia 19 yang sudah menikah.
“Untuk tahun 2023 ini, datanya 100 lebih yang mengajukan sidang untuk menikah di bawah umur. Ini sangat memprihatikan. Mari kita semua awasi anak cucu kita, agar tidak kawin dini, karena beresiko stunting bayi yang dilahirkan,” tegas Yudianta.
Kades Grogol, Sri Suharso, menyambut gembira dengan adanya sosialisasi cegah stunting ini.
Dalam sosialisasi yang diiikuti 300 warga tersebut, panitia menyediakan doorprise menarik. Di antaranya sepeda gunung, kompor gas, dan voucher belanja. (Hasna)