SOLO(TERASMEDIA.ID)– Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah bersama anggota Komisi IX DPRRI, Rahmad Handoyo, kembali mengadakan Sosialisasi Cegah Stunting.
Kali ini sosialisasi sasarannya warga Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo, Jumat (8/9/2023).
Hadir sebagai narasumber, Kepala Balai Diklat Kependudukan dan Keluarga Berencana (BDKKB) Elyana, dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Anak dan Keluarga Berencana (P2AKB) Solo, Purwanti.
Dalam paparannya di hadapan 300 peserta sosialisasi, Rahmad Handoyo menekankan untuk anak-anak muda yang akan menikah, harus memperhatikan beberapa hal.
Terutama usia calon pengantin harus minimal 21 tahun untuk perempuan, dan 25 tahun untuk calon pengantin pria.
“Ditambah pengetahuannya tentang reproduksi, tentang stunting, resiko dan dampaknya. Juga harus siap fisik dan mental,” kata Rahmad Handoyo, anggota DPRRI dari Dapil V Jateng (Solo, Sukoharjo, Boyolali, Klaten) ini.
Menurut Rahmat Handoyo, untuk anak muda, harus menghindari pernikahan dini, karena resiko dan dampaknya sangat besar.
“Anak muda sebaiknya fokus pada pendidikan dulu, menambah skill, bekerja. Bila sudah siap, segera menikah. Dengan begitu, bayi yang dilahirkan sehat,” ujar Rahmad Handoyo.
Kepala Balai Diklat KKB Ambarawa, Elyana menambahkan, sebelum melakukan pernikahan, para calon pengantin harus memeriksakan kesehatannya tiga bulan sebelumnya.
Mengapa tiga bulan sebelumnya? Karena selama kurun waktu tersebut, semua yang beresiko bisa diperbaiki. Sehingga begitu hari pernikahan tiba, kedua calon pengantin sudah dalam keadaan sehat dan siap reproduksi.
“Calon pengantin harus mengisi aplikasi elektronik siap nikah siap hamil (elsimil) 3 bulan sebelumnya. Yang diperiksa lila, hemoglobin, berat badan, dan tinggi badan,” kata Elyana.
Elyana memerinci, yang beresiko adalah, bila lingkar lengan atas (lila) kurang dari 23,5 centimeter, bila hemoglobin kurang dari 11,5 serta berat badan dan tinggi badan.
Kepala Dinas P2AKB Solo, Purwanti, menambahkan agar warga Serengan lebih berhati-hati. Sebab, untuk wilayah di Serengan, dari 87 calon pengantin yang beresiko 80 orang. Sedang untuk ibu hamil, dari 452 bumil, yang beresiko 451.
“Maka tim pendamping keluarga (TPK) harus lebih giat lagi, untuk mengingatkan bumil untuk minum penambah darah bila memeriksan dirinya ke Puskesmas atau ke Faskes lainnya,” ujar Purwanti.
Lurah Jayengan, Aris Harjito mengatakan, kalau di Jayengan masih ada dua anak yang stunting yaitu kekurangan berat badan.
“Kami sudah mengupayakan berbagai langkah, termasuk memberi bantuan makanan sehat,” kata Aris Harjito.
Warga Kelurahan Jayengan ditantang Rahmad Handoyo dan para narasumber lainnya, agar bekerja keras mewujudkan Solo zero stunting.
Dalam kesempatan tersebut, narasumber juga memberikan doorprize menarik yaitu kompor gas, sepeda gunung, voucher belanja, dan lain-lain. (Hasna)