SUKOHARJO(TERASMEDIA.ID)- Mengubah pola hidup sehat, adalah salah satu cara mencegah adanya stunting di kalangan anak-anak. Yang biasanya anak-anak hanya diberi makan sayur bening, kini harus diubah diberi makanan yang biasa orang dewasa konsumsi.

Misalnya, anak bawah dua tahun, boleh diberi makan kuah gulai, daging, lemak, dan sebagainya.

Sebab, pada masa pertumbuhan, menurut paparan Iwan dari BKKBN Jateng, pertumbuhan otak anak perlu makanan yang mengandung lemak dan kolesterol.

“Anak-anak itu selain butuh asupan gizi dan nutrisi, juga masih butuh banyak lemak dan kolesterol,” papar Iwan.

Itulah yang mengemuka dalam Sosialisasi Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Jawa Tengah bersama Mitra Kerja.

Sosialisasi kali ini sasarannya masyarakat Desa Gadingan (dan sekitarnya), Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (24/10/2023).

Hadir sebagai narasumber, Rahmad Handoyo Anggota Komisi IX DPR RI, Iwan Dwi Antoro dari BKKBN Jawa Tengah dan Kristien Andriani dari Dinas P3AKB Sukoharjo.

Iwan melanjutkan, sehingga tidak ada salahnya, mulai sekarang anak-anak dibiasakan makan menunya orangtua.

“Sekarang sayur beningnya ‘didhahar’ bapaknya saja, untuk mengurangi kolesterol,” ujar Iwan dari Peningkatan Kualitas Data dan Informasi Keluarga BKKBN Jateng tersebut.

Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menambahkan, dalam mencegah stunting itu lebih mudah penangannya daripada mengobati.

“Sebelum terlambat, untuk keluarga yang mempunyai anak beresiko stunting, mari diperbaiki pola makannya sebelum usia 2 tahun,” ujar politisi Dapil V Jateng ( Sukoharjo, Solo, Boyolali, Klaten) tersebut.

Usia 2 tahun atau seribu hari pertama kehidupan, merupakan usia emas untuk pertumbuhan bayi.

Dimulai sejak dalam kandungan, sampai bayi berusia 2 tahun.

Mengapa stunting harus dicegah? Karena, menurut Rahmad Handoyo, dampaknya sangat berbahaya di kemudian hari.

“Bila anak kena resiko stunting, daya pikirnya akan melemah, tubuhnya pendek, perkembangan motoriknya terganggu, dan bila dewasa kelak, sering sakit-sakitan,” ujar anggota dari Fraksi PDIP tersebut.

Selain mengingatkan kepada masyarakat luas akan bahayanya stunting, politisi asal Boyolali tersebut juga mengajak kepada semua warga untuk menjalani hidup sehat.

Bagi yang sudah berusia 40 tahun ke atas, harus rutin cek kesehatan di Puskesmas terdekat atau fasilitas kesehatan lainnya.

Untuk remaja yang akan menikah, Rahmad Handoyo berpesan, agar tidak lupa memeriksakan kesehatannya juga, tiga bulan sebelum hari H pernikahan.

“Apabila ada yang tidak beres pada kesehatan tubuhnya, bisa segera diperbaiki oleh tim medis. Sehingga setelah menikah dan ingin mempunyai anak, pasutri tersebut sudah dalam keadaan sehat,” papar Rahmad Handoyo.

Narasumber dari Dinas P3AKB Sukoharjo, Kristien Andriani menambahkan, ibu melahirkan yang sudah nifas, agar segera mengikuti program Keluarga Berencana.

Karena, dengan mengikuti program KB, hati orangtua menjadi lebih tenang, bisa fokus merawat bayinya dengan memberi ASI eksklusif. Serta ASI dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun.

Kristien dari Sub Koordinator Pelayanan KB ini mengatakan, peserta KB tidak harus perempuan atau ibu-ibu. Para bapak-bapak juga dianjurkan mengikuti KB vasektomi atau Metode Operasi Pria (MOP).

“Nah, bagi bapak-bapak yang ingin KB vasektomi, tidak perlu membayar, justru akan diberi uang saku dari pemerintah sebesar Rp 2 juta,” pungkas Kristien.

Kepala Desa Gadingan, Parjianto mengatakan, bahwa di desanya masih banyak anak yang beresiko stunting. Sampai saat ini masih 46 anak.

Dalam kesempatan tersebut, panitia menyediakan doorprise menarik bagi para peserta. Antara lain, sejumlah voucher belanja, kompor gas, dan sepeda gunung.

Dengan adanya sosialisasi cegah stunting tersebut, harapan Presiden Joko Widodo bisa tercapai. Bahwa pada tahun 2024, angka stunting harus turun menjadi 14 persen.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini