BLORA(TERASMEDIA.ID)– Bupati Blora, Arief Rohman mendorong agar pertanian organik terus dikembangkan di beberapa wilayah. Salah satunya di Kecamatan Banjarejo.

Bupati cerita tentang keberhasilan pertanian organik di wilayah Kecamatan Kedungtuban.

Dimana pengembangan pertanian organik itu telah dilakukan pendampingan dari Pertamina dan Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan(P4) Kabupaten Blora. Dan ternyata hasil panen pertanian organik tersebut memuaskan.

“Saya kemarin panen padi organik yang sudah berhasil di wilayah Kedungtuban, diantaranya di Desa Bajo, Ngraho, Sidorejo. Rata-rata harga beras organik dari panenan itu bisa Rp 17.000/kilogram,’’ jelasnya.

Dalam panen di Kedungtuban itu, ternyata menghasilkan 8,4 ton/ha gabah kering panen dan setelah diproses menjadi beras sekitar 4,1 ton lebih. Jika dihitung, dengan harga Rp 17.000/kilogram, maka per hektarnya bisa menghasilkan sekitar Rp 70 juta lebih.

“Ini cerita contoh pertanian organik yang berhasil. Silahkan mungkin teman-teman dari Banjarejo nanti bisa studi banding ke Kedungtuban,” pintanya.

Disampaikan, banyaknya jumlah ternak sapi di Kabupaten Blora menjadi salah satu peluang emas untuk pengembangan pertanian organik.

Disisi lain pertanian organik bisa menjadi solusi bagi para petani untuk tetap produktif, di tengah keterbatasan alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat.

Menurut bupati, setelah disurvei, beberapa persoalan yang disampaikan masyarakat Blora, urutan pertama adalah soal pupuk, kedua infrastruktur jalan, dan ketiga air.

Persoalan pupuk jadi hal yang mendominasi dari apa yang dikeluhkan, karena memang sebagian besar masyarakat bekerja di bidang pertanian.

‘’Solusinya, pertama petani membeli pupuk non subsidi, kedua bagaimana kita punya potensi bahan baku pupuk organik yang melimpah harus dimanfaatkan. Bagaimana persoalan pupuk ketika petani butuh ini bisa dicukupi, kita buat terobosan agar tidak tergantung pupuk bersubsidi. Pertanian memanfaatkan pupuk organik dari kotoran sapi, di Blora ini sudah menerapkan tapi belum masif,” paparnya.

Pemkab Blora melalui Dinas P4 akan terus mengawal pengembangan pertanian organik di Banjarejo. Mulai dari proses penanaman, panen, pasca panennya termasuk pasar.

“Ketika nanti pasarnya sudah ada, petani organik di Blora diminta konsisten produksinya. Karena memang kalau beras yang organik itu permintaanya cenderung banyak,” katanya.

Berbagai sektor permodalan, asuransi pertanian, stakeholder terkait, hingga akademisi juga akan dilibatkan. Hal ini dilakukan agar pertanian organik di Blora ini bisa berkembang.

“Ini benar-benar kami kawal, termasuk dari perguruan tinggi, saya sudah menghubungi sejumlah Fakultas Peternakan. Juga enam perguruan tinggi yang saya minta untuk ngawal para petani di Blora yang mengembangkan pertanian organik.’’ jelasnya.

Sementara itu, Plt Kepala DP4 Kabupaten Blora, Ngaliman, mengungkapkan, pihaknya meminta para petani Banjarejo bisa mulai menekuni pertanian organik.

“Untuk pengembangan pertanian organik, Kecamatan Banjarejo jadi pionir. Kami akan mengawali bagaimana semua petani bisa membuat kotak pupuk organik,” ujarnya

Diketahui, Pemkab Blora memiliki program Gerakan Sejuta Kotak Umat (Gerakan masif menjadikan kotoran ternak bermutu dan kaya manfaat).

Yakni suatu gerakan masif pembuatan kotak fermentasi untuk mengolah kotoran ternak menjadi pupuk yang bermutu dan kaya manfaat untuk tanah dan tanaman pertanian.(MN)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini