MAGELANG(TERASMEDIA.ID)-
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jateng, melakukan sosialisasi Advokasi dan KIE Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Oxalis Kota Magelang, Kamis (30/11/2023).

Sosialisasi ini, menghadirkan narasumber dari Perwakilan BKKBN Jateng, Nitya Apranadyanti, Kadinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kota Magelang, Nasrodin, Pokja IV TP PKK Kota Magelang, Heniyuniarti, dan dari RSUD Muntilan, Kabupaten Magelang, Juliani.

Dalam paparannya, Nitya Apranadyanti menekankan arti pentingnya menurunkan angka stunting, sekaligus mencegahnya.

Pencegahan stunting dimulai dari calon pengantin (catin) yang harus memeriksakan kesehatannya sejak tiga bulan sebelum hari H pernikahan.

Mengapa harus 3 bulan sebelumnya?

“Karena selama kurun waktu 3 bulan tersebut, apabila ditemukan dalam tubuhnya ada yang kurang sehat, bisa dikoreksi atau diambil tindakan oleh tim medis yang menangani,” kata Nitya Apranadyanti yang menjabat sebagai Sekertaris Pokja Bina Keluarga Balita dan Ketahanan Keluarga Lansia BKKBN Jateng ini.

Nitya mengingatkan kepada para remaja, untuk konsentrasi menjaga kesehatannya agar tidak anemia, tidak mengalami kekurangan energi kronis, kekurangan lingkar lengan atas, dan lain-lain.

Para Catin bila sudah menikah dan siap hamil, harus diperhatikan betul asupan gizi dan nutrisinya.

“Ibu hamil harus benar-benar sehat, sehingga ibu dan bayi yang dikandungnya tidak membahayakan,”ujarnya .

Narasumber lainnya, Nasrodin dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kota Magelang, mengatakan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil maupun anak-anak, bisa didapatkan dari lingkungan sekitar.

Para kader PKK dan tim pendamping keluarga, bisa mengajak masyarakat luas untuk memanfaatkan lahan sekitar rumah, ditanami aneka sayur mayur.

“Selain bisa menghemat uang belanja, kebutuhan gizi pada keluarga bisa terpenuhi,” kata Nasrodin .

Pemateri dari Pokja IV TP PKK Kota Magelang, Heniyuniarti, menyampaikan bila ada keluarga yang memiliki anak beresiko stunting, bisa dikoreksi atau diperbaiki dengan pola asuh yang benar.

Selain harus diberi ASI eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan sampai usia anak dua tahun, untuk makan pendamping ASI bisa dari sayur mayur, protein hewani seperti lele dan telur.

“Pastikan anak mengkonsumsi telur satu butir atau dua butir setiap harinya,” ujar Heniyuniarti di hadapan para peserta sosialisasi.

Heni menambahkan, semua perlu bergotong royong untuk menurunkan angka stunting di tengah masyarakat.

“Yang berkewajiban mencegah angka stunting tidak hanya keluarga yang mempunyai anak stunting saja, namun tugas kita semua,” kata Heni.

Pemateri dari RSUD Muntilan Kabupaten Magelang, Juliani, lebih menekankan kepada kapan bayi harus diberi makanan tambahan atau pendamping ASI atau Mpasi.

Mpasi awalnya harus makanan yang lembut dulu atau makanan lumat pada usia 6 sampai 8 bulan.

Untuk bayi usia 9 bulan sampai 1 tahun sudah boleh diberi lauk pauk dan sayuran.

“Cara menyimpan makanan untuk bayi juga tidak boleh sembarangan. Harus sesuai aturan kesehatan. Untuk buah, sayur dan daging, tidak boleh lebih dari tiga hari bila disimpan di kulkas,” kata Juliani.

Narasumber Swastika Wulan Pahlevi Nugroho Putri, seorang Psikolog, menekankan pentingnya pola asuh positip.

Swastika menyoroti masih minimnya para orangtua yang tidak berusaha meningkatkan diri dalam pengasuhan anak. Sehingga berdampak pada ketidakmampuan dalam mengasuh dan melindungi anak.

“Para orangtua harus terus belajar untuk pola asuh yang baik,” kata Swastika.

Dengan pola asuh penuh kasih sayang, kebutuhan anak baik gizi, nutrisi maupun kebutuhan kasih sayang bisa terpenuhi. Dengan begitu, anak-anak tumbuh hebat bisa mengejar cita-citanya.

“Pencegahan stunting memang diharapkan munculnya generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing di pergaulan internasional,” harapnya.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini