SUKOHARJO(TERASMEDIA.ID)– Burung dares atau burung hantu efektif membasmi tikus. Burung Tyto Alba ini dikenal sebagai predator alami pemburu tikus.

Karena keefektifannya dalam membasmi tikus inilah, petani di Desa Klurahan, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, melakukan karantina sederhana Tyto Alba sejak tahun 2013.

Usaha humanis ini didorong penuh oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo.

Awalnya, tempat penangkaran atau karantina, berada di rumah warga.

Namun sejak tahun 2022 pemerintah sudah membuatkan rumah permanen untuk pengembangan selanjutnya.

Di tempat inilah, para pengurus P4S melakukan perawatan terhadap beberapa ekor burung Tyto Alba sebelum dilepasliarkan sekaligus sebagai contoh bila ada pengunjung untuk studi banding.

“Di sini banyak yang melakukan kunjungan belajar atau studi tiru. Ada yang dari Sragen, Ngawi, Blora, Gunung Kidul, Jawa Barat, dan lain-lain,” jelas Kardiman, Ketua P4S Harmoni, saat ditemui wartawan di lokasi, Jumat (26/7/2024).

Untuk merawat Tyto Alba sesuai habitatnya, harus ada rubuha (rumah burung hantu) yang tinggi untuk bertelur.

Anakan Tyto Alba yang usianya 3,5 bulan, sudah bisa dilepasliarkan.

Dari kunjungan belajar tersebut, banyak yang meminta Tyto Alba untuk dibawa ke daerahnya. Karena di P4S Harmoni ini tidak menjual-belikan burung tersebut, peminat hanya disuruh mengganti uang selama perawatan yaitu sebesar Rp 100.000.

“Burung yang diambil dari sini untuk dibawa ke daerah lain sudah sangat banyak, ratusan ekor ada,” kata Kardiman.

Pengambilannya bertahap, karena di P4S ini bukan penangkaran dalam jumlah besar.

Untuk wilayah Sukoharjo sendiri, Tyto Alba dari P4S Harmoni sudah tersebar di Kecamatan Sukoharjo sekitar 300 ekor. Sedang untuk kecamatan lainnya sudah ratusan ekor juga.

Salah seorang penyuluh pertanian yang selalu mendampingi P4S Harmoni, Sri Wijiastuti, untuk melestarikan burung Tyto Alba, peran serta masyarakat terutama petani sangat dibutuhkan. Burung ini harus dibuatkan rumah, bila ada anakan jatuh, harus dirawat, tidak boleh ditembak, dan sebagainya.

“Tanpa peran serta aktif masyarakat, Tyto Alba tidak bisa berkembang. Kami sering mengadakan sosialisasi agar selalu perhatian dengan burung hantu ini. Misal, bila ada anakan jatuh dari rubuha, ya harus kita kembalikan atau dibawa ke sini untuk kita rawat, kita karantina dulu, jangan menembak burung hantu,” ungkap penyuluh yang biasa disapa Tutik ini.

Kabid Penyuluh Pertanian dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Susilo, menambahkan, pihaknya yang mengadakan program Sibinatani Mapan (sinergitas pembinaan petani milenial untuk meningkatkan produksi pertanian) sudah menggandeng P4S Harmoni.

“Mengapa kami menggandeng P4S Harmoni? Karena sudah terbukti nyata punya spesifikasi yang betul-betul menjaga kelestarian dan keseimbangan alam, sehingga kita tidak boleh membunuh secara sembarangan,” jelas Susilo.

Sibinatani Mapan dipastikan akan berdampak signifikan pada 10 atau 15 tahun mendatang. Dimulai dengan berbagai kegiatan seperti pelatihan, bimtek, studi tiru, temu tani, temu usaha, pasar tani, dan sebagainya.

“Hal ini untuk mendorong para milenial agar mau menjadi petani dengan segala inovasinya. Bahwa menjadi petani itu tidak harus kotor, menjadi petani itu keren, semua itu butuh kolaborasi,” kata Susilo.

Menurut Susilo, mengajak para pemuda untuk menjadi petani itu tidaklah mudah. Harus ada contoh nyata agar mereka tergerak untuk terjun di dunia pertanian.

“Kalau hanya teori saja, mereka tidak akan percaya, harus ada contoh nyata. P4S Harmoni ini contoh nyata yang bisa diajak untuk berkolaborasi,” ujar Susilo.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini