KLATEN, TERASMEDIA.ID – Sepekan setelah lebaran Idul Fitri, Pemkab Klaten, Jawa Tengah mengadakan Grebeg Syawalan dengan membagikan 1,2 ton ketupat.
Grebeg Syawalan berlangsung di tempat wisata Bukit Sidoguro Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, Senin (7/4/2025).
Ada 23 gunungan ketupat yang diarak dari bawah menuju panggung utama di Bukit Sidoguro, sejauh 1 kilometer.
Sesampai di panggung utama, gunungan ketupat diatur sedemikian rupa. Gunungan ketupat tersebut, berasal dari berbagai instansi dinas dan swasta.
Setelah didoakan oleh tokoh agama, ketupat dibagikan kepada warga. Secara simbolis, Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo membagikan ketupat tersebut. Diikuti jajaran Forkopimda dan tokoh masyarakat.
Namun, ribuan warga yang tidak sabar, merengsek naik ke panggung dan mengambil ketupat yang masih di gunungan.
Dalam waktu singkat, ribuan ketupat ludes diserbu warga. Selain ada ketupat, juga ada aneka sayuran dan buah.
Salah seorang warga, Sri Handayani (55), warga Trucuk, mengaku senang mendapatkan tujuh ketupat, meskipun harus berdesak-desakan.
“Ini saya mendapatkan tujuh buah ketupat, rasanya senang meskipun tadi harus berdesakan. Nanti akan saya makan di rumah,” kata Handayani.
Ada anggapan, berebut ketupat itu itu bisa membawa berkah.
“Ini ketupat bukan sembarang ketupat, didoakan terlebih dahulu sebelum diperebutkan. Jadi ini membawa berkah,” timpl Sukadi, warga Baki, Sukoharjo.
Selain menyebar ketupat, panitia juga membagikan seribu porsi ketupat siap saji bagi warga yang memperoleh kupon gratis.
“Tadi saat masuk di tempat wisata Sidoguro ini, saya memperoleh kupon karena berangkat agak pagi. Alhamdulillah, ini saya tukar dengan seporsi ketupat siap makan,” kata Suratmi, warga dari Boyolali.
Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo menjelaskan, tradisi Syawalan tahun ini bertemakan “ngapura ing dino riyoyo pinongko wujud rasa handarbeni budoyo bongso”.
Dengan tradisi Grebeg Syawalan yang sudah berlangsung puluhan tahun ini, Bupati berharap bisa mempererat jalinan silaturahmi antara pemerintah dan masyarakat luas.
“Ini sekaligus sebagai simbol, bahwa ketupat itu dalam bahasa Jawanya, mengaku lepat (mengakui banyak kesalahan) dan mohon dimaafkan. Semoga ke depannya, kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” jelas Bupati.
Dalam kesempatan tersebut, para pengunjung dihibur Orkes Melayu dengan nuansa tembang-tembang jadul.
(Hasna)