SOLO(TERASMEDIA.ID)-Ada enam kiat yang harus dilakukan masyarakat luas untuk mencegah stunting. Agar mudah mengingatnya, BKKBN Jateng merangkum dalam singkatan A, B, C, D, E, dan F. Apa saja artinya?

Inilah penjelasan Eka Sulistya Ediningsih, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng, saat menjadi narasumber sosialisasi “Komunikasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting” di Kelurahan Sangkrah, Solo, Jawa Tengah, Jumat (02/02/2024).

Hadir narasumber lain, yaitu Rahmad Handoyo (anggota Komisi IX DPR RI), dr Ratih Dewantisari dari BKKBN Jateng, dan Purwanti (Kepala Dinas P3AKB Pemkot Solo).

Menurut Eka, huruf A adalah atasi anemia, huruf B yaitu bumil harus memeriksakan kesehatannya dan ikut senam hamil.

Huruf C yaitu cukupi protein hewani, huruf D yaitu datangi posyandu, huruf E yaitu edukasi menyusui ASI eksklusif, dan huruf F adalah faktor lingkungan harus diperhatikan.

“Itu ada enam kiat untuk mencegah stunting, untuk pemaparannya lebih detail, biar dijelaskan dokter Ratih,” kata Eka.

Menurut Ratih Dewantisari, mengapa remaja dan ibu hamil tidak boleh anemia? Karena bila kekurangan darah, bayi yang dikandung tidak akan berkembang dengan baik.

“Darah itu sumber makanan untuk bayi di kandungan. Kalau ibunya saja kurang darah, si bayi makan apa di rahim? Jadi, mengatasi anemia itu sangat penting,” kata dr Ratih.

Untuk mengatasi anemia, selain didapatkan dari berbagai makanan, juga bisa mengkonsumsi pil penambah darah atau pil cantik.

Yang kedua, bumil secara berkala harus memeriksakan kesehatannya minimal 6 kali, dan harus mengikuti senam hamil.

Bumil juga harus banyak mengkonsumsi protein hewani yang bisa didapatkan dari telur, daging, susu, dan lain-lain.

Narasumber Rahmad Handoyo menambahkan, untuk anak-anak dalam masa tumbuh kembang, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi minimal dua butir telur sehari, berbagai macam ikan, daging, sayuran, dan buah.

Selama masa seribu hari pertama kehidupan (HPK), asupan gizi dan nutrisinya harus dijaga betul.

Menurut Rahmad Handoyo, bila stunting tidak dicegah, nanti dampaknya sangat berat.

“Dampak stunting itu bahaya. Bila dewasa, anak yang beresiko stunting akan mudah sakit-sakitan dan cenderung tidak pintar,” ujar Rahmad Handoyo, politisi dari Dapil V Jateng yaitu Sukoharjo, Solo, Boyolali, dan Klaten ini.

Rahmad Handoyo juga mengingatkan agar anak di bawah usia 8 tahun, harus vaksin polio.

Pemerintah sangat memperhatikan kesehatan anak-anak dan masyarakat pada umumnya, agar lahir generasi yang sehat, cerdas, berkualitas, dan berdaya saing di kancah internasional.

Narasumber dari Dinas P3AKB Pemkot Solo, Purwanti, menyampaikan, mencegah stunting harus dari hulu ke hilir. Salah satunya dengan mencegah perkawinan anak atau masih di bawah usia 20 tahun. Karena BKKBN menganjurkan wanita menikah di usia 20 tahun dan pria 25 tahun.

Mengapa usia anak belum diperbolehkan menikah dan hamil?

“Karena lebar pinggulnya belum ideal untuk melahirkan bayi. Resiko pendarahan dan melahirkan bayi stunting sangat besar,” ujar Purwanti.

Dinas P3AKB Pemkot Solo mencatat, tahun 2023 ada 110 surat dispensasi yang di keluarkan untuk pernikahan anak di bawah usia 19 tahun.

“Terpaksa saya mengeluarkan surat dispensasi karena anak sudah terlanjur hamil duluan. Maka sebagai orangtua, hati-hati menjaga putra-putrinya nggih bapak-ibu,” pesan Purwanti.

Di akhir kegiatan, Purwanti mengajak semua peserta untuk bernyanyi bersama “Aku Anak Sehat” agar selalu ingat untuk menjadi tim sukses cegah stunting.

Dalam sosialisasi tersebut, panitia membagikan doorprize menarik yaitu voucher belanja, setrika, jam dinding, kompor gas, sepeda gunung, dan lain-lain. (Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini