Nicholas Prasetyo Dononagoro dalam sebuah acara.(FOTO:TM/ Efqi)

SEMARANG(TERASMEDIA.ID)-Di kalangan pengusaha nama Nicholas Prasetyo Dononagoro sudah tidak asing lagi.

Pria yang akrab dipanggil Nicho ini dikenal berkat kesuksesannya mengembangkan berbagai sektor bisnis dalam waktu singkat.

Saat ini Nicholas terus mengelola dan mengembangkan tak kurang dari tujuh sektor bisnis, mulai dari restoran, biro travel, minimarket, dealer, property, toko perhiasan hingga bisnis ekspor ikan.

Tak hanya itu saja, bagaikan dokter spesialis, pria kelahiran tahun 1972 ini kini menjadi rujukan masyarakat yang membutuhkan solusi dari segala problem keuangan dan bisnis.

Bahkan tak jarang, Nicholas banyak mendapat keluhan seputar bisnis yang tak berkembang atau bahkan yang telah berada di ambang kebangkrutan.

Setiap hari, dirinya membuka kesempatan untuk seluruh masyarakat yang ingin konsultasi kepada dirinya untuk datang ke rumahnya di Kawasan Salatiga.

Kesuksesan Nicholas dalam mengembangkan tujuh sektor bisnis di berbagai wilayah di Indonesia, bukanlah hal yang mudah.

Diawali dari bisnis mendirikan koperasi pada tahun 2008, bisnis yang dikelolanya sempat mengalami kebangkrutan, karena tidak berjalan mulus seperti yang ia harapkan.

“Kebanyakan anggota koperasi, saya pinjami modal namun pada akhirnya tidak bisa mengembalikan, karena pengelolaan uang masih sangat buruk,” kata pria yang memiliki gelar kehormatan Kanjeng Raden Tumenggung dari Mangkunegaran Surakarta ini, Minggu(15/01/2023).

Kegagalan dirinya dalam mengembangkan koperasi, tidak membuatnya terus terpuruk dalam kegagalan.

Pada tahun 2014, ia mengubah konsep bisnisnya dari sekedar koperasi simpan pinjam layaknya koperasi pada umumnya, dengan konsep pendampingan pengelolaan keuangan.

Banyaknya anggota koperasi yang gagal membangun bisnis lantaran tidak mampu mengelola keuangan dengan bijak mulai ditata dan diperbaiki.

Dalam waktu singkat, keterpurukan anggota mulai berbalik 180 derajat, menjadi berlimpah dan berkembang berkat pendampingan dari Koperasi Bahana Lintas Nusantara yang berpusat di Kota Salatiga ini.

Bagi ayah dua anak ini, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Namun kegagalan justru membuatnya belajar banyak hal dan menjadi tantangan baru untuk mendapatkan solusi baru.

“Gagal itu adalah teman menuju sukses. Saya tidak pernah kapok. Akan menjadi gagal permanen saat saya berhenti. Gagal itu bukan sesuatu yang menakutkan. Dari kegagalan saya menemukan strategi-strategi yang baru dan jadi berhasil,” papar pria yang pernah mengenyam pendidikan theology di Yogyakarta tahun 1994 ini.

Kesuksesan yang diraihnya sudah teruji. Di saat pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, seluruh anggota koperasi di bawah naungannya tidak terganggu sedikit pun.

Seluruh anggota koperasi dapat bertahan di tengah himpitan ekonomi dampak dari adaanya lockdown yang kala itu mematikan banyak sektor bisnis. (efqi)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini