Kegiatan bertajuk “Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja”, berlangsung di Villa Onengan, Tuntang, Kabupaten Semarang.(Foto:TM/ Hasna)

SEMARANG(TERASMEDIA.ID)– Mengapa angka stunting harus diturunkan sesuai Peraturan Presiden RI, Joko Widodo? Pada tahun 2024, angka stunting di Indonesia, harus turun di angka 14 persen.

Dengan adanya Peraturan Presiden tersebut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), terus menerus mengadakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Kegiatan bertajuk “Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja”, berlangsung di Villa Onengan, Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (21/5/2024) siang dimulai pukul 13.00 WIB sampai selesai.

Hadir narasumber dalam sosialisasi tersebut yaitu Tuti Nusandari Rosdiono (anggota DPR-RI Komisi IX dari Fraksi PDIP), Elyana (Kepala UPT BD Ambarawa BKKBN Jateng), dan Gati Sumiati (Kepala Bidang Pengendalian Penduduk & Keluarga Sejahtera DP3AKB Kabupaten Semarang).

Sosialisasi ini menyasar kepada ratusan warga Desa Lopait Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dan sekitarnya.

Karena agendanya sangat padat, Tuti Nusandari Rosdiono, hadir secara menyapa para peserta virtual dengan penuh ceria.

Tuti mengatakan, dirinya baru saja selesai mengikuti rapat di komisinya, untuk membahas kevalidan data stunting secara nasional.

“Mohon maaf bapak-ibu semua, saya tidak bisa hadir secara langsung menemui panjenengan sedoyo, karena alasan kesibukan. Semoga ilmu yang narasumber nanti paparkan, sangat berguna bagi kita semua,” kata Tuti mengawali.

Tuti menyampaikan, mencegah stunting itu sangat penting. Karena dalam tahun 2045, Indonesia akan menerima bonus demografi, dimana usia produktif lebih banyak bila dibandingkan usia tua.

Untuk mencapai generasi yang berkualitas, butuh persiapan dari sekarang. Sehingga seribu hari pertama kehidupan (HPK) bagi bayi, harus benar-benar diperhatikan asupan dan kebutuhan gizinya.

“Mengapa stunting harus kita cegah atau kita turunkan? Agar generasi muda Indonesia benar-benar berkualitas, berdaya saing di kancah internasional,” ujar Tuti.

Narasumber dari Dinas P3AKB Kabupaten Semarang, Gati Sumiati memaparkan, resiko stunting bila tidak segera diperbaiki pola asuhnya, akan berdampak buruk.

Anak stunting itu cirikhasnya pendek, namun pendek belum tentu stunting. Anak stunting perkembangan motoriknya terganggu, sehingga kurang pandai. Bila dewasa, akan mudah sakit-sakitan.

Resiko semua itu bisa diperbaiki sebelum anak usia 2 tahun. Caranya, dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan atau lebih, cukupi protein hewani bila anak sudah makan pendamping ASI, makan bergizi, jangan sampai anemia, serta lingkungan yang bersih.

“Untuk menjaga lingkungan yang bersih, bapak-bapak atau mas-mas semua, kalau merokok jangan di dalam rumah. Apalagi bila ada anak kecil, sangat mengganggu kesehatan,” ujar Gati.

Sementara narasumber dari BKKBN Jateng, Elyana mengatakan, selain merawat anak dengan pola asuh yang baik, pasangan usia subur juga harus mengikuti program Keluarga Berencana. Tujuannya, untuk mengatur jarak kehamilan.

“Jarak umur anak satu ke anak selanjutnya, sebaiknya di atas 2 tahun atau lebih. Jangan sampai ada dua balita atau baduta dalam satu keluarga,” kata Gati.

Untuk mengikuti program KB, tidak harus istri yang berperan aktif. Namun suami juga dianjurkan ikut KB dengan cara vasektomi.

Dalam kesempatan tersebut, panitia menyediakan berbagai doorprize untuk peserta. Ada voucher belanja, setrika, magicom, kompor gas, dan lain-lain.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini