KLATEN(TERASMEDIA.ID)– Pencegahan stunting harus ditangani secara bersama-sama dan gerak cepat serentak. Diantaranya dengan membentuk dapur sehat atasi stunting atau Dashat.

Di dapur sehat, semua kader kesehatan tingkat desa, berjibaku mengolah makanan bergizi dari bahan lokal yang ada di sekitar lingkungan.

Dengan memanfaatkan pekarangan rumah, bisa ditanami aneka sayuran, ditambah budidaya lele atau beternak ayam.

Demikian dijelaskan narasumber dari Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, saat hadir menjadi narasumber sosialisasi “Komunikasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting” di Desa Bono, Kecamatan Tulung, Klaten, Jawa Tengah, Senin (29/01/2024).

Kegiatan ini diadakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Tengah bersama Mitra Kerja Komisi IX DPR RI.

Hadir narasumber lainnya, dr Ratih Dewantisari dari Perwakilan BKKBN Jateng, Nuryanti Perwakilan dari Dinas P3AKB Klaten, serta tokoh masyarakat lainnya.

Di Klaten, menurut data Dinas P3AKB, Dapur Sehat sudah terbentuk di 81 desa dari 401 desa yang tersebar di Kabupaten tersebut.

Selain mengajak masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah, kader kesehatan seharusnya juga mengedukasi masyarakat untuk bisa mengolah dengan baik dan benar, agar gizinya tidak banyak terbuang.

“Edukasi mengolah bahan makanan yang baik dan benar itu sangat penting, agar gizi yang masuk di tubuh anak, bisa optimal,” kata Rahmad Handoyo, politisi dari Dapil V Jateng yaitu Sukoharjo, Solo, Boyolali, dan Klaten ini.

Dirinya memberi contoh, saat ibundanya memasak gudeg semakin hari semakin enak, karena selalu dipanasi.

“Tapi apa itu ada gizinya? Sudah hilang gizinya karena sudah beberapa hari dipanaskan tetapi tambah enak iya. Anak jangan diberi olahan seperti itu,” ujar Rahmad Handoyo.

Narasumber dari BKKBN Jateng, dr Ratih Dewantisari menambahkan, untuk mencegah stunting harus dimulai dari seribu hari pertama kehidupan (HPK) yaitu sejak dalam kandungan sampai bayi lahir usia dua tahun.

Ratih berpesan, jangan sampai bayi yang sudah lahir, dalam mengasuhnya salah. Karena saat ini banyak wanita karier bekerja, dan menyerahkan pengasuhan bayi pada asisten rumah tangga (ART) atau menitipkan pada neneknya.

“Dalam mengasuh dan merawat anak jangan coba-coba. Kalau dirawat orang lain, sang ibu atau bapaknya harus mempersiapkan segala sesuatunya, apa saja yang akan dikonsumsi sang buah hati,” kata dr Ratih.

Karena, ada bayi yang lahir normal dengan bobot tidak kurang dari 2,5 kilogram, panjang 48 sentimeter, bila pola asuhnya salah, anak bisa beresiko stunting.

Untuk mencukupi gizi dan nutrisi yang seimbang, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia dua tahun dengan tambahan makanan pendamping. Seperti telur, daging, sayuran, buah, dan lain-lain.

“Jadi sangat tepat Dashat dibentuk oleh pemerintah untuk mengatasi stunting,” ujar dr Ratih.

Nuryanti, narasumber dari Dinas P3AKB Klaten menambahkan, para calon pengantin jangan lupa untuk memeriksakan kesehatannya tiga bulan sebelum hari H pernikahan.

Juga untuk ibu yang baru melahirkan bayinya, segera ikut program Keluarga Berencana setelah masa nifas selesai.
Para narasumber berharap, di tahun 2024 ini tidak ada lagi new stunting.

Sementara menurut Kades Bono, Bakdiono, angka stunting di desanya yang semula 11 anak, turun menjadi 5 anak.

Dalam kesempatan tersebut panitia membagikan doorprize menarik untuk para peserta sosialisasi, yaitu setrika, jam dinding, kompor gas, sepeda gunung, dan lain-lain. (Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini