DEMAK(TERASMEDIA.ID)– Peringatan Hari Gizi Nasional ke-63 tahun 2023 yang mengusung tema “Protein Hewani Cegah Stunting” dengan slogan “Protein Hewani Setiap Makan” dan “Isi Piringku Kaya Protein Hewani” menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia dalam upaya melakukan pencegahan stunting melalui pemenuhan gizi seimbang pada anak.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia pada angka 21,6 persen. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen dan standard WHO di bawah 20 persen.

Sejak tahun 2018 Pemerintah Indonesia melaksanakan Percepatan Penurunan Stunting dengan target prevalensi sebesar 14 persen pada tahun 2024. Artinya, dalam 2 tahun ke depan prevalensi harus diturunkan sebesar 10,4 persen poin.

Pemerintah telah menerbitkan Perpres 72 Tahun 2021 sebagai payung hukum dan acuan bersama dalam pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting. Perpres 72/2021 memberikan penguatan pada aspek kelembagaan, intervensi, pendanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.

Hal tersebut diungkapkan oleh, Nutrisionis Puskesmas Dempet, Dwi Purwanti saat talkshow di Studio RSKW 104.8 FM. Dalam bincang tersebut hadir pula, Nutrisionis Puskesmas Bonang I, Canya Lalitasari, Selasa, (14/02/23).

Dalam kesempatan tersebut Dwi Purwati juga menyampaikan bahwa kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

“Genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku lingkungan, seperti sosial, ekonomi, budaya, politik, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah,”kata Dwi Purwati.

Sementara itu, Canya Lalitasari menyampaikan angka stunting masih tinggi, terjadi sejak sebelum lahir dan naik tinggi pada rentang usia 6-24 bulan. Sementara sebelum lahir sekitar 22 persen anak lahir dengan kondisi sudah stunted, akibat ibu hamil sejak masa remaja kurang gizi dan anemia.

“Setelah lahir stunting meningkat signifkan pada usia 6-23 bulan, akibat kurang protein hewani pada makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang mulai diberikan sejak usia 6 bulan,” katanya.

Dirinya mengimbau untuk ibu hamil agar memperhatikan beberapa hal agar kandungan terhindar dari anemia dan kurang gizi kronik.

“Selain melakukan ANC, selama kehamilannya, ibu perlu memperhatikan beberapa hal untuk menjaga kesehatannya dan janin yang ada di dalam kandungannya sehingga terhindar dari anemia dan kurang gizi kronik (KEK) yang dapat berakibat lahirnya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau prematur serta terhindar dari berbagai penyakit lainnya,” ungkapnya.

“Seperti tambahkan porsi makanan utama atau makanan selingan dari sebelumnya, kemudian makan beragam jenis bahan makanan , seperti makanan pokok, protein hewani, kacang- kacangan buah dan sayur, selanjutnya minum tablet tambah darah (TTD) selama kehamilan, minum cukup air putih 8- 12 gelas per hari kurang lebih 2-3 liter per hari, kemudian menjaga kebersihan dirinya, mandi dan gosok gigi minimal dua kali sehari, serta menjaga aktifitas sehari- hari, cukup istirahat dan olah raga ringan,”paparnya.(VID)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini