BLORA(TERASMEDIA.ID)– Kemarau panjang tahun ini membuat anggaran bantuan air bersih di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora terkuras.

Kepala harian BPBD Blora, Sri Widjanarsih mengungkapkan jika anggaran droping air bersih saat ini sudah mulai menipis.

Anggaran yang tersisa sudah tidak mampu digunakan untuk mensuplai air bersih.

“Sampai tanggal 14 Agustus 2023 kemarin jatah APBD kami sudah menipis, tidak habis tapi menipis.Kami masih ada cadangan tapi sedikit, beberapa tangki saja itu, untuk jaga- jaga jika ada permintaan darurat, seperti kalau ada penyemprotan saat acara- acara tertentu,” kata Sri Widjanarsih, Sabtu (26/08/2023).

Sri Widjanarsih mengatakan, pada bulan September 2023 anggaran habis, pihaknya akan mengajukan lagi ke pemerintah.

Anggaran pengadaan air bersih tahun ini hanya sebesar Rp 75 juta. Anggaran tersebut hanya mampu untuk pengadaan air bersih sebanyak 250 tangki.

“Yang habis kemarin hanya Rp 75 juta untuk 250 tangki. Kemarin kami ajukan lagi termasuk untuk perawatan kami hitung sekitar Rp 700 juta,” ujar Sri Widjanarsih.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga, lanjut Sri Widjanarsih, pihaknya saat ini hanya mengandalkan bantuan CSR dari instansi swasta.

“Saat ini hanya mengandalkan CSR sambil nunggu anggaran cair dari pemerintah. Mudah-mudahan September 2023,” ucapnya.

Data yang ada di BPBD Blora saat ini tercatat sebanyak 188 desa yang sudah mengalami kekeringan, yang tersebar di 14 kecamatan.

“Daerah yang paling parah di Kecamatan Jati, Ngawen, Kunduran dan Cepu, sementara yang masih aman Kecamatan Kradenan dan Todanan,” jelasnya.

Sri menambahkan jika musim kemarau tahun ini akan berlangsung hingga bulan November. Sementara puncak kemarau akan terjadi pada bulan September.

“Jumlah desa yang kekeringan masih bisa bertambah karena cuaca terlalu panas.Ini baru bulan Agustus belum Oktober dan November,” pungkasnya.(MN)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini