SUKOHARJO(TERASMEDIA.ID)-Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) – Tematik Desa Tangguh Bencana yang berlokasi di Desa Kedungsono, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo mengadakan inisiasi Desa Tangguh Bencana melalui kegiatan Penilaian Ketangguhan Desa (PKD), Kajian Risiko Bencana (KRB), dan sosialisasi mengenai bencana alam yang ada di Desa Kedungsono.

Dengan hadirnya KKN Tematik Universitas Sebelas Maret(UNS) yang merupakan kegiatan pengabdian diri mahasiswa kepada masyarakat ini, diharapkan dapat menyelesaikan beberpa masalah terkait kebencanaan yang sangat rentan terjadi di daerah dekat pegunungan dan perhutanan.

Dalam Program KKN Tematik ini, para mahasiswa KKN-Tematik UNS bekerja sama dengan BPBD Sukoharjo, seluruh perangkat desa, Babinsa, dan Babinkamtibmas Desa Kedungsono dalam pelaksanaan program kerja sosialisasi mengenai bencana alam yang sering terjadi di Desa Kadungsono beserta demonstrasi Early Warning System (EWS) yang dilakukan oleh mahasiswa KKN-Tematik UNS.

Melalui kegiatan tersebut telah didapatkan hasil penilaian ketangguhan desa yaitu skor ketahanan Desa Kedungsono adalah 28.9% dari 128 pertanyaan yang didapatkan dari penyebaran kuisioner ke pada beberapa pewakilan warga desa di setiap dusun di Desa Kedungsono.

Berdasarkan indeks ketangguhan bencana yang diperoleh Desa Kedungsono, Desa Kedungsono termasuk tingkat ketangguhan bencana “Tangguh Pratama”.

Tentu hal ini menjadi catatan penting bagi masyarakat untuk mewujudkan Desa Kedungsono mendapatkan skor indeks ketangguhan bencana lebih dari 83.33 persen agar Desa Kedungsono mendapat tingkat ketangguhan bencana “Tangguh Utama”, sehingga dapat dikategorikan sebagai desa yang termasuk tangguh bencana.

Ketika pemaparan PKD, mahasiswa KKN-Tematik UNS membahas profil risiko bencana Desa Kedungsono.

Dalam pemaparan ini, diketahui bahwa jenis bencana di Desa Kedungsono adalah hama kera, kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor, kekeringan dan angin putting beliung.

Dampak dari bencana-bencana tersebut adalah kerusakan rumah warga, kerusakan sumber panen, dan kerusakan hutan dengan persepsi risiko menengah.

Kemudian, mahasiswa KKN-Tematik membahas Kajian Risiko Bencana (KRB).

Pengkajian Risiko Bencana merupakan suatu upaya penyelidikan/penelitian sederhana tetapi sistematis untuk mengetahui tingkat risiko bencana (tinggi-sedang-rendah) pada semua jenis bencana di Desa Kedungsono beserta faktor-faktor karakter bencana, kerentanan dan kapasitasnya.

Mengingat cukup banyak potensi bencana di Desa Kedungsono, Kepala Desa Kedungsono menyebutkan bahwa akan dibentuk posko-posko penanggulangan bencana.

Selanjutnya, dalam sosialisasi ini, diperkenalkan pula Early Warning System (EWS) sebagai solusi peringatan untuk memantau potensi bencana tanah longsor di tempat EWS tersebut dipasang.

Hal ini bertujuan agar masyarakat sadar akan terjadi bencana dan dapat mempersiapan diri untuk menghadapi bencana.

BPBD turut mengapresiasi dan menyampaikan bahwa alat EWS yang telah dibuat oleh Mahasiswa KKN-Tematik UNS merupakan alat yang sederhana dan apabila di kemudian hari dikehendaki teknologi yang lebih canggih dapat lebih diserahkan dengan pihak terkait yang lebih profesional untuk perakitan dan perancangan.

Mengenai mitigasi longsor, BPBD menyebutkan menanam rumput vertiver dapat dilakukan sebagai mitigasi longsor.

BPBD juga menyampaikan bahwa hewan-hewan yang meresahkan dapat melaporkan kejadian tersebut ke petugas pemadam kebakaran atau meminta bantuan kepada BPBD untuk mengkomunikasikan ke damkar.

Mengenai penanganan kera menggunakan alat EWS ini sebelumnya belum dilakukan riset apakah kemudian ini memungkinkan untuk digunakan.

Selain itu terdapat alternatif lain seperti menggunakan suara yang keras untuk menakuti kera, tetapi ini hanya dapat menanggulangi dalam jangka pendek saja.

Sedangkan untuk penanggulangan jangka panjangnya dapat dilakukan dengan membuat laporan kepada Perhutani Wonogiri, BKSDA, ataupun dikomunikasikan ke Damkar.

Dengan demikian, kelompo KKN-Tematik Desa Kedungsono akan mencoba untuk berusaha memaksimalkan penerapan EWS.

Untuk penanganan jangka panjang dapat diserahkan kepada pihak yang lebih berwenang dan professional, atau dapat dilakukan upaya pencegahan dengan menanam rumput vetiver atau akar wangi.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini