KLATEN(TERASMEDIA.ID)– Ratusan warga Desa Dukuh, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, antusias mengikuti Sosialisasi Cegah Stunting, di Gedung Serba Guna Desa Dukuh, Minggu (17/09/2023).

Hadir sebagai narasumber di kegiatan berjudul Sosialisasi Promosi dan KIE (Komunikasi Edukasi Informasi) Program Percepatan Penurunan Stunting yaitu Rahmad Handoyo (Anggota DPR RI Komisi IX dari Fraksi PDI Perjuangan), Eka Sulistya Ediningsih (Kepala Perwakilan BKKBN) Jateng, dan Much Nasir (Kepala Dissos P3AKB) Klaten.

Materi pencegahan stunting yang diberikan oleh Rahmad Handoyo, disimak betul oleh ratusan warga tersebut.
Rahmad Handoyo anggota DPR RI yang berasal dari Dapil V Jateng (Solo, Sukoharjo, Boyolali, dan Klaten) ini menjelaskan berulangkali akan dampak yang ditimbulkan bila ada beresiko stunting.

“Untuk menyambut bonus demografi pada tahun 2045, perlu kita persiapkan sejak sekarang. Anak-anak kita pastikan tumbuh kembangnya baik dan sehat,” ujar Rahmad Handoyo.

Untuk memberikan asupan gizi dan nutrisi yang seimbang, Rahmad Handoyo menganjurkan agar para orangtua kreatif menanam sayur mayur di sekitar pekarangan rumah.

“Tidak perlu makanan yang aneh-aneh dan mahal, cukup hasil kebun kita sendiri. Ditambah mengkonsumsi satu butir telur setiap hari,” kata Rahmad Handoyo.

Rahmad Handoyo juga mengatakan kalau pengertian di tengah masyarakat, stunting itu pendek.

“Stunting itu pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Bisa dikatakan stunting bila pendek dan pertumbuhannya terhambat,” ujar Rahmad Handoyo.

Pada kesempatan ini, Rahmad Handoyo berpesan kepada warga yang berumur di atas 40 tahun untuk melakukan cek kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali ke fasilitas kesehatan terdekat.

“Untuk apa kita perlu mengecek kesehatan kita? Agar kita mengetahui kadar gula darah kita, tekanan darah kita, dan kadar kolesterol kita. Sehingga kita bisa lebih berhati-hati dalam mengatur pola makan. Karena penyakit yang ada pada tubuh manusia itu diakibatkan bukan dari faktor keturunan. Tetapi kebanyakan dari pola makan yang tidak baik,” paparnya.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Eka Sulistya Ediningsih mengatakan, dalam menangani stunting, ujung tombaknya berawal dari calon pasangan pengantin terlebih dahulu.

Eka Sulistya menekankan agar para calon pengantin tidak memfokuskan pada prewedding-nya yang menelan biaya banyak, namun lebih ke prakonsepsinya sebelum menikah.

“Apa itu prakonsepsi? Yaitu mempersiapkan kesehatan calon pengantin yang berencana untuk hamil setelah menikah. Jadi jangan fokus pada prewedding-nya saja, kesehatan juga sangat penting,” ujar Eka Sulistya.

Para calon pengantin harus memeriksakan dirinya tiga bulan sebelum menikah. Yang diperiksa antara lain lingkar lengan atas (lila) harus 23,5 sentimeter, hemoglobin harus 11,5 (kurang dari itu tidak boleh) dan kesehatan lainnya.

Mengapa perlu dicek 3 bulan sebelumnya? Karena apabila ada resiko kesehatan, bisa segera dilakukan upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Apabila berencana hamil setelah menikah, para suami yang merokok harus dihentikan dulu. Agar sperma yang dihasilkan berkualitas, sehingga menjadi janin yang sehat.

“Ibu yang hamil juga tidak boleh stress. Sehingga persiapan menjadi calon orangtua itu harus siap mental, siap secara ekonomi, dan siap dari segi usia. Catin perempuan harus 21 tahun dan catin pria 25 tahun,” ucap Eka Sulistya.

Pihaknya meminta tolong kepada semua pihak, agar ikut mengawasi anak cucunya, agar tidak menikah dini atau belum cukup umur.

“Apabila menikah dini, resikonya sangat besar. Bayi yang dilahirkan bisa beresiko stunting, dan mengancam nyawa ibu bayi karena pinggulnya belum cukup untuk melahirkan,” terang Eka Sulistya.

Untuk program seribu hari pertama kehidupan, tambah Eka, harus diperhatikan betul. Sejak dalam kandungan sampai bayi berusia dua tahun, asupan gizinya harus seimbang.

“Ini agar tumbuh kembang anak-anak bisa lebih baik,” tandasnya.

Sementara itu Kepala DissosP3AKB Kabupaten Klaten, Much Nasir mengungkapkan, stunting adalah kondisi anak dimana perkembangan dan pertumbuhannya kurang. Pertumbuhan terkait badannya. Sedang perkembangan terkait otak atau kecerdasan.

“Target Nasional adalah Indonesia terbebas dari stunting di Tahun 2024. Karena itu, pencegahan stunting secara dini ini menjadi tugas kita bersama, termasuk tugas TPK (tim pendamping keluarga),” kata Much Nasir.

Much Nasir menambahkan, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah stunting. Pertama, calon pengantin perlu memperhatikan usia minimal menikah, yaitu 21 tahun.

Selain itu, kedua calon pengantin juga harus dalam keadaan sehat. Kedua, ibu hamil perlu memperhatikan umur rawan kehamilan, yaitu 0-3 bulan dan 7 – 9 bulan. Ketiga, ibu harus menyusukan ASI (air susu ibu) Eklusif untuk bayinya. ASI pertama untuk kekebalan bayi itu sangat penting dan harus diberikan kepada bayinya.

“Dan keempat, warga perlu mengetahui kegunaan alat-alat kontrasepsi. Karena itu, ibu dan bapak harus mau melakukan KB. Karena berencana itu keren,” jelas Nasir.

“Semoga kegiatan sosialisasi ini memberi manfaat untuk masyarakat Desa Dukuh pada khususnya dan Kecamatan Delanggu pada umumnya,” ucap Nasir.

Hadir dalam kegiatan Sosialisasi Cegah Stunting ini Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim, Camat Delanggu Joko Suparjo, Kapolsek Delanggu AKP Jaka Waluya, semua Kades se Kecamatan Delanggu, dan lain-lain.

Dalam kesempatan tersebut, panitia menyediakan doorprize menarik yaitu kompor gas, sepeda gunung, dan sejumlah voucher belanja.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini