Anggota DPR RI Komisi IX dari Fraksi PDI Perjuangan, Rahmad Handoyo sedang memberikan materi terkait stunting.(FOTO:TM/Hasna)

KLATEN(TERASMEDIA.ID)– Anggota DPR RI Komisi IX dari Fraksi PDI Perjuangan, Rahmad Handoyo bersama Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, terus melakukan sosialisasi cegah stunting di berbagai wilayah.

Kali ini sasarannya di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, Sabtu (16/09/2023).

Kegiatan bertema Sosialisasi Promosi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi(KIE) Program Percepatan Penurunan Stunting, diikuti lebih dari 300 warga yang sangat antusias.

Kegiatan sosialisasi ini menampilkan tiga narasumber, yakni Anggota Komisi IX DPR Ri dari Fraksi PDI Perjuangan, Rahmad Handoyo, Kepala Tim Pokja Advokasi Penggerakan dan Informasi(ADPIN) BKKBN Propinsi Jawa Tengah, Nasri Yatiningsih, dan Kepala Dinsos P3AKB Kabupaten Klaten, Much Nasir.

Rahmad Handoyo menjelaskan, stunting perlu dicegah. Karena stunting akan menyebabkan anak menjadi kurang cerdas dan sering sakit-sakitan.

“Stunting itu bukan penyakit, sehingga bisa dicegah sejak seribu hari pertama kehidupan atau sebelum anak berusia dua tahun. Apa itu stunting, saya tidak perlu menjelaskan lagi, karena akan dijelaskan oleh para pakar lainnya, yaitu Bu Nasri dan Pak Nasir. Saya hanya mengingatkan, bahwa dampak stunting itu yang perlu kita hindari,” papar Rahmad Handoyo.

Anak yang beresiko stunting dan tidak segera dikoreksi kesehatannya, lanjut Rahmad Handoyo, bila sudah besar memasuki masa sekolah, anak akan sering sakit-sakitan. Hal itu terbawa sampai di kehidupan dewasa dan masa tua. Biasanya penyakit yang diidapnya antara lain diabetes, hipertensi dan obesitas.


“Untuk mengoreksi kesehatan bayi yang beresiko stunting, tidak perlu makanan yang mahal atau makanan yang aneh-aneh. Cukup konsumsi sayur mayur yang ditanam sendiri di sekitar rumah, plus mengkonsumsi satu butir telur satu hari. Dengan mengkonsumsi makanan sehat, semoga anak tumbuh normal kembali,” ungkap anggota DPR RI dari Dapil V Jateng (Solo, Sukoharjo, Boyolali, Klaten) ini.

Namun apabila orangtua tidak segera memperbaiki gizi anak yang beresiko stunting hingga berusia lebih dari dua tahun, penanganannya akan semakin sulit.

Rahmad Handoyo mengapresiasi kerja keroyokan berbagai pihak yang ada di Kabupaten Klaten dalam menangani stunting, sehingga dalam waktu yang singkat, jumlah anak stunting bisa berkurang.

“Klaten ini bagus kerja samanya dengan berbagai pihak untuk mengatasi stunting. Semoga cara ini bisa ditiru oleh daerah lainnya,” puji Rahmad Handoyo.

Narasumber lainnya, Nasri Yatiningsih memberi catatan tebal dalam menangani stunting. Kunci utama berawal dari calon pasangan pengantin (Catin), yang harus memeriksakan kesehatannya tiga bulan sebelum menikah.

Yang diperiksa oleh tim kesehatannya meliputi lingkar lengan atas (lila) harus 23,5 sentimeter, hemoglobinnya harus 11,5, dan berat badannya juga tidak boleh over. Usia catin perempuan harus 21 tahun, dan catin pria harus 25 tahun.

“Bila calon pengantin sudah siap secara fisik, mental, dan ekonomi, diharapkan saat mengandung bayinya, istri gembira, sehingga janinnya sehat. Berbeda kalau tidak siap mental dan ekonomi, bila ada permasalahan, suami suka melakukan kekerasan dalam rumah tangga, istri yang sedang mengandung menjadi stress, sehingga pertumbuhan janin menjadi terganggu,” ujar Nasri.

Untuk menjaga kesehatan calon pengantin menuju hari H pernikahan, Nasri mengingatkan agar catin perempuan tidak perlu diet ketat.

“Sekarang kan jamannya diet, diet, dan diet itu anak-anak muda. Menjelang pernikahan, pengen diet agar kebayanya muat. Tapi perlu diingat, tidak perlu diet ekstrem, harus diimbangi dengan asupan makanan dan nutrisinya,” kata Nasri.

Dan yang tak kalah penting, bila sudah menikah dan menginginkan program segera mempunyai anak, sebaiknya suami yang doyan merokok, segera berhenti. Dengan menjalani pola hidup sehat, diharapkan janin yang dihasilkan dari pembuahan sel telur, menjadi bayi yang berkualitas.

Setelah melahirkan, Much Nasir Kepala DissosP3AKB Kabupaten Klaten mengingatkan agar para pasangan usia subur (PUS) segera mengikuti program KB. Agar anak yang lahir tidak terlalu banyak atau jaraknya terlalu pendek.

“Kita harus menghindari 4T yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak,” kata Nasir.

Karena, apabila ibu melahirkan bayi belum berusia tiga tahun, sudah hamil lagi, kualitas ASI sudah tidak baik lagi. Sehingga kelahiran bayi juga harus diatur sedemian rupa. Hal ini untuk mencapai tumbuh kembang anak yang maksimal, dan kesehatan ibu sendiri.

Apabila semua masyarakat sudah peduli dengan kesehatannya masing-masing, diharapkan bayi yang lahir pada tahun 2024 tidak ada yang stunting. Semua sudah diantisipasi sejak jauh-jauh hari.
Harapan semua anak Indonesia tumbuh dalam keadaan sehat, saat tiba tahun 2045 yang menjadi bonus demografi, Indonesia benar-benar siap.

“Kita harus merencanakan dari sekarang, agar anak Indonesia benar-benar sehat, berkualitas dan tentu saja mampu bersaing di dunia internasional,” ujar Nasir.

Jadi, lanjut Nasir, hubungan cegah stunting dengan program KB itu sangat erat sekali. Nasir berharap, tidak hanya ibu-ibu saja yang proaktif mengikuti program KB. Para suami diimbau untuk tidak takut mengikuti MOP atau Metode Operasi Pria.

Hadir dalam kegiatan tersebut Camat Trucuk, Rabiman, para Kades se-Kecamatan Trucuk dan Ketua Paguyuban Kades, Suranto.

Dalam kesempatan tersebut, panitia menyediakan doorprize menarik yaitu kompor gas, sepeda gunung, dan sejumlah voucher belanja.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini