SOLO(TERASMEDIA.ID)– Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah bersama anggota Komisi IX DPRRI, Rahmad Handoyo, kembali mengadakan Sosialisasi Cegah Stunting.

Kali ini sasarannya warga Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo, Sabtu (07/10/2023).

Hadir sebagai narasumber, Kepala Pokja Diklat Kependudukan dan Keluarga Berencana (PDKKB), Dyah Siti Sundari, dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Anak dan Keluarga Berencana (P2AKB) Solo, Purwanti.

Dalam paparannya di hadapan 300 peserta sosialisasi, Rahmad Handoyo dari Fraksi PDIP ini, menekankan untuk anak-anak muda yang akan menikah, harus memperhatikan beberapa hal.

Terutama usia calon pengantin harus minimal 21 tahun untuk perempuan, dan 25 tahun untuk calon pengantin pria.

“Ditambah pengetahuannya tentang reproduksi, tentang stunting, resiko dan dampaknya. Juga harus siap fisik dan mental,” kata anggota DPRRI dari Dapil V Jateng (Solo, Sukoharjo, Boyolali, Klaten) ini.

Untuk anak muda, harus menghindari pernikahan dini, karena resiko dan dampaknya sangat besar.

“Anak muda sebaiknya fokus pada pendidikan dulu, menambah skill, bekerja. Bila sudah siap, segera menikah. Dengan begitu, bayi yang dilahirkan sehat,” ujar Rahmad Handoyo.

Kepala Pokja Diklat BKKBN Jateng, Dyah Siti Sundari, menambahkan, sebelum melakukan pernikahan, para calon pengantin harus memeriksakan kesehatannya 3 bulan sebelumnya.

Mengapa tiga bulan sebelumnya? Karena selama kurun waktu tersebut, semua yang beresiko bisa diperbaiki. Sehingga begitu hari pernikahan tiba, kedua calon pengantin sudah dalam keadaan sehat dan siap reproduksi.

“Calon pengantin harus mengisi aplikasi elektronik siap nikah siap hamil (elsimil) 3 bulan sebelumnya. Yang diperiksa lila, hemoglobin, berat badan, dan tinggi badan,” kata Dyah.

Dyah memerinci, yang beresiko adalah, bila lingkar lengan atas (lila) kurang dari 23,5 centimeter, dan bila hemoglobin kurang dari 11,5 serta berat badan dan tinggi badan harus seimbang.

Dyah menambahkan, program BKKBN untuk remaja banyak sekali. Diantaranya Gen-Re yaitu generasi berencana.

Program Gen-Re adalah program yang mengedepankan pembentukan karakter bangsa di kalangan generasi muda.

Program GenRe merupakan wadah untuk mengembangkan karakter remaja untuk menjauhi pernikahan dini, seks pranikah, dan napza guna menjadi remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam pembangunan.

Yang bisa masuk ke program Gen-Re yaitu remaja yang berusia 10-24 tahun, mahasiswa/mahasiswi yang belum menikah.

“Dengan mengikuti program Gen-Re ini, kami harapkan para remaja bisa menyiapkan kehidupan berkeluarga dengan ilmu kesehatan dan mental yang cukup, menikah penuh perencanaan, karena berencana itu keren,” ungkap Dyah.

Kepala Dinas P2AKB Solo, Purwanti, menambahkan agar warga Jagalan dan sekitarnya lebih berhati-hati. Sebab, untuk wilayah di Jebres masih banyak anak-anak yang kekurangan gizi. Dan untuk calon pengantin serta ibu hamil juga masih ada yang beresiko.

“Maka tim pendamping keluarga (TPK) harus lebih giat lagi, untuk mengingatkan bumil untuk minum penambah darah bila memeriksan dirinya ke Puskesmas atau ke Faskes lainnya,” ujar Purwanti.

Lurah Jagalan, Irjanto Yudo mengakui, kalau di wilayahnya masih ada puluhan anak-anak yang berat badannya di bawah normal. Dari 432 anak, yang dibawah normal berat badan ada 50 anak.

“Kami sudah mengupayakan berbagai langkah, termasuk memberi bantuan makanan sehat,” kata Irjanto.

Warga Kelurahan Jagalan ditantang Rahmad Handoyo dan para narasumber lainnya, agar bekerja keras mewujudkan Solo zero stunting.

Dalam kesempatan tersebut, narasumber juga memberikan doorprize menarik yaitu kompor gas, sepeda gunung, voucher belanja, dan lain-lain. (Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini