Rahmad Handoyo sedang sosialisasi pencegahan stunting di Desa Gemblegan Klaten,(FOTO:TM/Hasna)

KLATEN(TERASMEDIA.ID)– Anak beresiko stunting bisa dikoreksi atau diperbaiki kesehatannya, sebelum usia 2 tahun atau 1000 hari pertama kelahiran (HPK). Namun apabila lebih dari itu, akan sangat susah.

Demikian dijelaskan Rahmad Handoyo, Anggota DPR RI Komisi IX saat menjadi narasumber pada kegiatan Sosialisasi Promosi dan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) Program Percepatan Penurunan Stunting di Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten, Jawa Tengah, Minggu (08/10/2023).

Selain Rahmad Handoyo, hadir narasumber lainnya, Kepala Perwakilan BKKBN Jateng, Eka Sulistya Ediningsih, dan Perwakilan dari Dissos P3AKB Klaten, Nuryanti.

Rahmad Handoyo dari Fraksi PDIP tersebut melanjutkan, untuk melahirkan bayi yang sehat, harus direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya.

“Diawali dari calon pengantin, saat ibu hamil, serta pengasuhan bayi begitu sudah lahir di dunia, dan seterusnya. Nanti akan dijelaskan oleh pakarnya lebih rinci,” ujar Rahmad Handoyo.

Rahmad Handoyo berpesan kepada peserta sosialisasi yang sudah berusia 40 tahun ke atas, wajib mengecek kesehatannya secara rutin, juga harus menerapkan pola hidup sehat.

Kepala Perwakilan BKKBN Jateng, Eka Sulistya Ediningsih membenarkan apa yang sudah dipaparkan oleh Rahmad Handoyo tersebut.

Eka melanjutkan, untuk para calon pengantin (catin) sebelum tiga bulan pernikahan, harus dicek kesehatannya.

Meliputi pengukuran lingkar lengan atas (lila) yang tidak boleh kurang dari 23,5 centimeter, dicek hemoglobinnya, dan juga keseimbangan berat badan dan tinggi badan.

“Untuk catin yang sedang diet agar baju kebayanya muat saat hari pernikahan, perlu hati-hati, jangan sampai diet ekstrim,” ingat Eka.

Karena apa tidak diperbolehkan diet ekstrim? Dikhawatirkan, catin tersebut menderita anemia. Nah, saat akan siap hamil, pasangan suami istri usia subur, tidak boleh anemia. Karena dikhawatirkan bayi yang dikandungnya tidak tumbuh maksimal.

Juga, jangan menikah sebelum usia 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk pria.

Karena sebelum usia 21 tahun, pinggul perempuan masih dalam masa pertumbuhan. Sehingga bila dipaksakan untuk melahirkan, bisa beresiko pendarahan atau kematian pada ibu atau anak.

“Selama ibu hamil, asupan gizinya harus diperhatikan betul. Jangan lupa minum penambah darah yang sudah diberikan oleh petugas kesehatan,” kata Eka.

Mengapa 100 hari pertama kehidupan perlu dijaga betul asupan gizi dan nutrisinya? Karena, apabila bayi beresiko stunting, bisa diperbaiki dengan segera.

Gejala beresiko stunting, tambah Eka, salah satunya saat ditimbang berat badannya, bayi tersebut tidak naik bobotnya. Nah, hal ini perlu diwaspadai.

Narasumber dari Dissos P3AKB Klaten, Nuryanti, menekankan, apabila ibu sudah melahirkan, harus segera KB.

Semua peserta sosialisasi diingatkan agar menghindari 4 Terlalu! Yaitu jangan terlalu tua, jangan terlalu tua, jangan terlalu rapat jarak kelahiran, dan jangan terlalu sering.

“Jarak ideal melahirkan anak pertama ke anak kedua yaitu 4 tahun. Dengan jarak ideal, ibu bisa menyusui anaknya dengan maksimal, tidak direpotkan dengan adanya ‘kesundulan’,” ujar Nuryanti.

Untuk menghindari resiko stunting, bayi harus ASI eksklusif selama 6 bulan.

Dengan adanya penanganan cegah stunting dari hulu ke hilir, yang dilakukan pemerintah dan bersama-sama masyarakat, diharapkan angka stunting pada tahun 2024 bisa turun di angka 14 persen. (Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini