GROBOGAN(TERASMEDIA.ID)-Dilanda kekeringan, warga Desa Karanganyar, Kecamatan Geyer, Grobogan, terpaksa harus menyusuri hutan untuk mencari air di kubangan sungai.
Warga terpaksa bolak-balik mengangkut jeriken berisikan air demi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Tercatat ada 29 desa di empat kecamatan Grobogan yang dilanda kekeringan.
Lalu lalang warga membawa jeriken sudah menjadi pemandangan setiap hari baik pagi, siang dan sore, bahkan malam hari.
Tak sedikit, warga menggunakan sepeda motor yang dilengkali keranjang, sepeda kayuh, bahkan jalan kaki menggendong jeriken dari rumah masing-masing masuk ke hutan untuk mencari air.
Mirisnya, kondisi sungai yang ikut mengering membuat warga harus mengais air pada kubangan yang dibuat.
Ketua RT setempat, Sunardi mengatakan, kondisi tersebut hampir semua dialami masyarakat Desa Karanganyar setelah dilanda kekeringan sekitar 1,5 bulan terakhir.
Mayoritas warga memanfaatkan sungai untuk kebutuhan sehari-hari hingga digunakan untuk memberi minum ternak.
“Sumur di rumah sudah tidak ada airnya. Semua warga Desa Karanganyar ambil air di sini. Ya digali, setelah itu dikuras terus diambil airnya.
Sunardi mengaku dia sendiri dalam sehari mengambil air harus tiga kali keluar masuk sungai di pinggiran hutan dengan menempuh jarak sekitar 30 menit.
“Utuk kebutuhan sehari-hari, saya membutuhkan sebanyak 12 jeriken. Jumlah tersebut belum termasuk untuk kebutuhan air untuk memasak dan minum.
Kondisi serupa juga dikatakan Suwito, menurutnya ketika kondisi musim kemarau, dia harus bolak-balik ke tengah hutan untuk mencari air.
“Kegiatan ini sudah menjadi rutinitas tambahan masyarakat yang ada di Desa Karanganyar. Warga memilih mengambil air di kubangan sungai karena penjual air keliling dikampungnya masih jarang ditemui dan harganya mencapai Rp 6 ribu per galon,”kata Suwito.
Suwito mengaku, meski 1,5 bulan dilanda kekeringan, hingga sampai saat ini bantuan droping air bersih belum pernah ada di wilayah pemukimannya.
Suwito berharap, Pemerintah Kabupaten Grobogan bisa menyalurkan bantuan air bersih dan sarana untuk penanganan kekeringan yang melanda setiap tahun di Desa Karanganyar.
“Sudah satu bulan lebih ngambilnya air di sungai. Biasanya ada droping air bersih, saat ini belum ada bantuan sama sekali pak,” terangnya.
Menurut Suwito, biasanya warga membuat kubangan di bawah pohon. Satu kubangan akan terus mengalir airnya dan akan habis sekitar tiga hari setelah diambil terus menerus.
“Biasanya sepanjang sungsi tersebut akan muncul banyak kubangan jika belum juga turun hujan,” ucap Suwito.
Dikatakan, potret krisis air bersih di Desa Karanganyar menjadi salah satu dari sejumlah wilayah di sekitarnya yang kini juga mengalami kesulitan air bersih.
Dari data BPBD Kabupaten Grobogan tercatat ada 29 desa di empat Kecamatan Grobogan kini mulai dilanda kekeringan.(Han)