Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo sedang sosialisasi.(FOTO:TM/ Hasna)

SUKOHARJO(TERASMEDIA.ID)– Untuk menekan angka stunting sekaligus mencegahnya, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Jawa Tengah dan anggota Komisi IX DPR RI, gencar melakukan Sosialisasi Cegah Stunting.

Kali ini sasarannya masyarakat Desa Gumpang dan sekitarnya, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (20/10/2023).

Hadir sebagai narasumber, anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, Perwakilan BKKBN Jateng, Ratih Dewantisari, dan Perwakilan dari Dinas P2AKB Sukoharjo, Yudianta.

Secara garis besar, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam mencegah stunting.

Yaitu dimulai dari pemberian edukasi terhadap calon pengantin (catin), ibu hamil, bayi di bawah 2 tahun (baduta), dan para orangtua yang harus mengikuti program KB.


Menurut Rahmad Handoyo, untuk mencapai sasaran, harus dilakukan dengan cara keroyokan atau gotong royong semua pihak.

Baik pemerintah maupun peran serta pihak swasta selaku “bapak asuh” bagi keluarga yang mempunyai baduta beresiko stunting.
Di tingkat Pemerintahan Desa, dibentuk tim pendamping keluarga (TPK). Anggota TPK terdiri dari bidan desa, PKK, dan kader kesehatan.

Tugas TPK ini banyak sekali. Di antaranya mencatat atau mencari data berapa jumlah anak yang beresiko stunting di desanya. Juga menyalurkan bantuan makanan sehat bagi keluarga tersebut serta mengecek perkembangannya.

Selain itu, juga mendampingi calon pengantin, untuk mengarahkan agar memeriksakan kesehatannya, tiga bulan sebelum hari H pernikahan.

“Tugas tim pendamping keluarga itu sangat banyak dan berat. Tanpa TPK, pencegahan stunting ini tidak akan berjalan. Terimakasih untuk TPK Desa Gumpang dan sekitarnya,” puji Rahmad Handoyo, politisi dari Dapil V Jateng ( Sukoharjo, Solo, Boyolali, Klaten) ini.

Perwakilan BKKBN Jateng, Ratih Dewantisari menambahkan, TPK juga harus mengarahkan semua warga untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan bernutrisi.

Untuk menjaga ketahanan pangan keluarga, sebaiknya sekitar pekarangan rumah ditanami dengan aneka sayuran.

“Dengan memetik sayur hasil pertanian kita sendiri, selain menghemat juga sehat,” ujar Ratih.

Selain sayur mayur, protein hewani juga harus seimbang. Yaitu dengan cara mengkonsumsi satu sampai dua butir telur ayam.
Sehingga tidaklah berlebihan, dalam bantuan pangan sehat yang disalurkan, pasti ada telur dan susunya.

Ratih menambahkan, resiko stunting bisa juga terjadi karena pola asuh yang salah. Sebagai contoh, waktu lahir kondisi bayi dalam keadaan normal. Namun karena pola asuh yang salah, dalam pertumbuhan bayi bisa terhambat.

“Hati-hati untuk orangtua karir yang menyerahkan pengasuhan bayi kepada pembantunya, harus dicek betul. Apakah asupan gizinya dan nutrisinya sudah cukup seimbang atau belum,” pinta Ratih.

Anjuran dari pakar kesehatan, mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Sama dengan pencegahan stunting ini, sebelum berusia dua tahun, bayi yang beresiko stunting bisa diperbaiki.

“Kalau sudah lebih dari dua tahun, penanganannya akan sulit dan lambat. Jadi, mari maksimalkan 1000 hari pertama kehidupan ini, untuk anak-anak kita,” ujar Ratih.

Kehadiran pihak swasta dalam pencegahan stunting juga sangat dibutuhkan. Di Sukoharjo, menurut Yudianta, narasumber dari Dinas P2AKB, sudah ada beberapa pihak yang terlibat.

Diantaranya RS Nirmala Sari, Swalayan Modern The Park, dan lain-lain.

Dalam mencegah stunting, peran serta program Keluarga Berencana sangat penting. Sesudah melahirkan anak pertama, agar jaraknya tidak terlalu dekat, Yudianta menganjurkan untuk segera berKB.

Dengan mengikuti program KB, hati orangtua lebih tenang. Mereka bisa fokus merawat anak secara maksimal. Air produksi ASI yang harus diberikan selama dua tahun, tidak akan terhambat.

“Namun bila ‘kesundulan’ hamil lagi, sementara anak pertama belum genap 2 tahun, kualitas ASI akan menurun,” kata Yudianta.
Pihaknya juga mengingatkan, agar masyarakat mengawasi anak-anaknya, agar tidak terjadi pernikahan dini atau hamil duluan sebelum usia 19 tahun.

Menurut data dari Dinas P2AKB Sukoharjo, masih terjadi 112 anak sampai bulan Oktober 2023 ini, yang menikah dini. Sedang untuk stunting, Sukoharjo mengalami tren penurunan, meskipun angkanya masih di atas 100 anak.

Dalam kesempatan tersebut, juga hadir Kades Gumpang, Dwi Nuryanto sebagai tuan rumah, anggota DPRD Sukoharjo dari Fraksi PDIP, Maria Kristutiningsih dan sejumlah Kades sekitar.
Panitia menyediakan doorprize menarik di akhir kegiatan sosialisasi, yaitu ada sepeda gunung, kompor gas, voucher belanja, dan lain-lain. (Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini