Suasana Sosialisasi Penurunan Stunting di Hotel Surya Sukowati, Sragen.(Foto:TM/ Hasna)

SRAGEN(TERASMEDIA.ID)– Badan Koordinasi Keluarga Brencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Tengah kembali melakukan sosialisasi Advokasi dan KIE Percepatan Penurunan Stunting oleh mitra kerja. Kegiatan berlangsung di Hotel Surya Sukowati, Sragen, Selasa (28/11/2023).

Hadir sebagai narasumber perwakilan BKKBN Jateng, Harlin Ambarwati, Kepala Dinas DP2KBP3A Sragen, dr Y Agus Sudarmanto, dari RSI Assalam Gemolong, dr Ismail Joko Sutresno, Sekdin DP2KBP3A Sragen, dr Iin Dwi Yuliarti dan dipandu moderator yakni Kabid KB dari DP2KBP3A Sragen, dr Eko Windu Nugroho.

Dalam sosialisasinya di hadapan para peserta dari para kader kesehatan serta Forum Genre se-Kabupaten Sragen,Kepala Dinas DP2KBP3A Sragen, dr Y Agus Sudarmanto berharap, kegiatan ini tidak hanya sekedar kegiatan biasa. Namun harus dipraktekkan di tengah-tengah keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Menurut Agus Sudarmanto, kunci utama mencegah stunting itu terletak pada tercukupinya asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak.

“Usia bayi di bawah 1000 hari kehidupan pertama (HPK) harus benar-benar diperhatikan, jangan sampai salah pola asuh,” jelas Agus.

Masalah stunting di tengah masyarakat, tambah Agus, bukan hanya permasalahan elit pemerintahan saja, namun masalah bersama.

“Banyak masyarakat yang berpikir, bahwa masalah stunting itu masalah pemerintah atau ahli kesehatan. Cara berpikir seperti itulah yang harus kita ubah,” kata Agus dalam sambutannya.

Narasumber Perwakilan BKKBN Jateng, Harlin Ambarwati, mengatakan fungsi sosialisasi mencegah stunting itu, hasilnya untuk masa depan.

“Pada persaingan internasional, kita tidak hanya dihadapkan pada persaingan kecanggihan tehnologi saja. Namun juga persaingan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan sehat,” ujar Harlin dari Pokja KSPK BKKBN Jateng ini.

Menurut Harlin, untuk mendapatkan generasi yang sehat dan cerdas di saat ini dan masa yang akan datang, harus dimulai saat ini.

Apa saja yang perlu diperhatikan? Yaitu kesehatan para remaja yang kedepannya akan menjalani kehidupan rumah tangga, kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi yang sudah dilahirkan, dan seterusnya.

“Jangan sampai ada remaja yang tidak tahu kesehatan reproduksinya, tidak tahu masalah gizi, dan sebagainya. Adik-adik remaja harus menggali banyak pengetahuan tentang kesehatan, karena ujung tombak penurunan angka stunting ada di pundak remaja,” kata Harlin.

Narasumber lainnya, dr Ismail Joko Sutresno, menekankan bahwa problem stunting bila tidak ditangani secara serius, akan berdampak negatip di tengah masyarakat.

Bila akan berumah tangga, segala sesuatu harus direncanakan. Kehamilan juga harus direncanakan. Karena kalau semua tidak direncanakan, bisa berefek tindak kriminal.

“Banyaknya kasus membuang bayi, membunuh bayinya sendiri, mencuri untuk menghidupi anaknya, korupsi, dan lain-lain, itu efek dari permasalahan stunting,” kata Ismail.

Permasalahan yang ada di tengah masyarakat, adanya malnutrisi. Untuk mencegah adanya malnutrisi, bisa dicegah saat bayi berusia 1000 hari kehidupan pertama atau di bawah dua tahun.

Untuk kebutuhan nutrisi ibu hamil ada makro nutrien yang dikonsumsi sehari-hari dan mikro nutrien seperti tambahan vitamin, mineral, asam folat, dan lain-lain.

“Kecukupan gizi pada ibu hamil menjadi pondasi utama dalam mencegah stunting,” kata Ismail.

Narasumber dari Sekdin DP2KBP3A Sragen, dr Iin Dwi Yuliarti menyoroti masih adanya ibu yang tidak memberi ASI eksklusif karena faktor bekerja.

Padahal, manfaat ASI eksklusif itu sangat baik untuk daya tahan tubuh bayi serta pertumbuhannya.

Setelah melahirkan, ibu wajib memberikan ASI eksklusif dan ASI dengan makanan pendamping sampai anak berusia dua tahun.
Untuk menjaga kualitas ASI agar tetap bagus, ibu tidak boleh hamil saat bayinya masih berusia di bawah dua tahun.

Sehingga pasutri harus mengikuti program KB untuk menjarangkan kehamilan atau untuk menghindari 4T yaitu terlalu muda untuk hamil, terlalu tua untuk hamil, terlalu sering hamil, dan terlalu pendek jarak kehamilannya.

“Bila semua keluarga menjalani pola asuh yang sesuai pedoman, diharapkan semua anak-anaknya tumbuh sehat dan cerdas,” kata Iin.

Di tengah keluarga maupun di kehidupan masyarakat, pesan Iin, hindari membully anak-anak. Karena setiap anak karakternya berbeda, tingkat kecerdasannya berbeda, bakatnya berbeda, dan lain-lain.

Dalam kesempatan tersebut, penyelenggara menyediakan doorprize menarik untuk para peserta. Ada voucher belanja, setrika, kipas angin, kompor, blender, televisi, dan sepeda gunung. (Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini