SUKOHARJO(TERASMEDIA.ID)- Jumlah kasus HIV AIDS di Sukoharjo, Jawa Tengah, sejak tahun 2008 tercatat secara komulatif sebanyak 913 kasus.

Dari jumlah tersebut, temuan baru sebanyak 91 kasus. Hal ini mengalami peningkatan 9 kasus bila dibandingkan tahun 2022 sebanyak 82 kasus.

Hal tersebut dijelaskan Direktur RSUD Ir Soekarno Sukoharjo, dr Yunia Wahdiyati seusai mengikuti paparan Capaian Perkembangan Program Penanggulangan HIV-AIDS di Ruang Rapat Wakil Bupati, Rabu (13/12/2023).

Dari data yang ada, sebaran kasus HIV/AIDS hampir ada di 12 kecamatan. Namun peringkat tertinggi ada di Kecamatan Grogol (141 kasus), Sukoharjo (132 kasus) dan Kartasura (126 kasus).

Dari sebarannya, HIV/AIDS menyerang kalangan karyawan, wiraswasta, TNI/Polri, ASN, IRT, Pasutri, mahasiswa/pelajar, dan lain-lain. Tertinggi ada pada karyawan sebanyak 298, wiraswasta 166, dan ASN sebanyak 23 orang.

Menurut Ketua Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Sukoharjo, Agus Santosa, untuk kalangan ASN sudah dilakukan berbagai upaya.

“Untuk ASN, pemerintah sudah melakukan testing di Hari Aids Sedunia kemarin. Namun untuk kontrol etika, moral, dan sebagainya, pemerintah belum bisa mengontrol semuanya,” kata Agus yang juga Wakil Bupati Sukoharjo ini.

Agus menambahkan, penderita HIV/ AIDS paling banyak dari kalangan para pelaku penyimpangan seksual. Seperti gay, heteroseksual, PSK, pelanggan PSK, dan lain-lain.

Untuk pengguna narkoba sekarang bergeser, karena banyak yang mengkonsumsi shabu dengan cara dihirup. Bukan lagi menggunakan jarum suntik yang saling tukar sesama pengguna.

Dari hasil paparan tersebut, KPA sudah melakukan berbagai upaya pencegahan.

“Upaya pencegahan dengan berbagai sasaran, yaitu semua ibu hamil wajib tes HIV/ AIDS pada tri smester pertama, setiap pasien TBC, setiap pasien infeksi menular seksual, kelompok LSL (lelaki seks dengan lelaki), warga binaan permasyarakatan, penjaja seks, waria, dan pengguna narkoba suntik,” jelas Agus.

Semua orang yang sudah dinyatakan positip HIV/ AIDS, harus melakukan pengobatan secara rutin, yang ditanggung oleh pemerintah.

Setiap dua hari sekali harus minum obat, mengkonsumsi vitamin secara berkala, dan menerapkan pola hidup sehat.

“Yang positip HIV/AIDS tidak perlu malu, tidak perlu berkecil hati. Karena sudah ada penderita yang terbuka. Yang bersangkutan sudah lebih 12 tahun positip, dan rutin berobat. Mereka bisa beraktivitas normal, hidup layak,” ungkap Agus.

Penyuluh anti narkoba Sukoharjo, Danar Widanarko mengatakan, antara pengguna narkoba dan penularan HIV/ AIDS, hubungannya sangat erat.

Sekarang ada permasalahan dalam intervensi populasi kunci, yang sangat memprihatinkan di kalangan anak muda.

Pengaruh medsos sangat tinggi. Medsos disalahgunakan untuk bertransaksi seksual, LSL sudah merambah di usia remaja. Bahkan ditemukan HIV LSL pelajar.

“Ini pintu penularan HIV/ AIDS, yang sangat memprihatinkan. Mari kita semua bersama-sama cegah HIV/AIDS dan memberi edukasi pada generasi muda,” kata pria yang akrab disapa Danar ini.

Karena pada 1 Desember 2023 bertepatan dengan Hari Aids Sedunia (HAS) sudah memasuki masa kampanye Capres Cawapres, maka peringatan HAS di Sukoharjo dilaksanakan melalui media sosial.

Ada kegiatan baksos untuk ODHIV (orang dengan HIV AIDS), pemberian bantuan makanan tambahan untuk anak dengan HIV/ AIDS dari Baznas, pemberian bantuan modal untuk ODHIV, dan lain-lain.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini