KLATEN(TERASMEDIA.ID)– Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Jawa Tengah dan anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, kembali melakukan Sosialisasi Cegah Stunting, dengan tema “Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja” di Desa Kendalsari, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Minggu (17/12/2023).

Selain anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, hadir sebagai narasumber lain yakni, Perwakilan BKKBN Jateng, Ratih Dewantisari, dan Kepala Dissos P3AKB Klaten, Much Nasir.

Rahmad Handoyo menjelaskan, secara garis besar, bahwa untuk mencegah stunting harus dimulai dari hulu ke hilir. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam mencegah stunting.

Yaitu dimulai dari pemberian edukasi terhadap calon pengantin (catin), ibu hamil, ibu baduta (bayi di bawah dua tahun), dan para orangtua yang harus mengikuti program KB.

Menurut Rahmad Handoyo, untuk mencegah stunting, tidak bisa dikerjakan sendiri namun harus kerja keroyokan atau kerja sama dengan semua pihak bila ingin sasarannya tercapai.

Rahmad Handoyo lebih menekankan pada kesehatan para orangtua, agar pola hidup sehat tersebut bisa ditularkan kepada anak-anaknya.

“Para orangtua yang usianya di atas 40 tahun, harus rajin cek kesehatan ke Puskesmas secara gratis. Yang dicek antara lain gula darah, asam urat, kolesterol, dan lain-lain. Dengan pola hidup sehat, agar bisa dicontoh anak-anaknya kelak,” kata Rahmad Handoyo, politisi dari Dapil V Jateng (Sukoharjo, Solo, Boyolali, dan Klaten) tersebut.

Rahmad juga berpesan agar tidak terlalu banyak mengkonsumsi gula. Karena di Indonesia, penyakit yang paling banyak adalah gula darah.

“Kurangi minum yang manis-manis. Kebutuhan gula tubuh kita itu hanya 4 sendok. Itu bisa kita peroleh dari minuman manis, nasi, kue-kue, dan sebagainya. Jadi, hati-hati bila mengkonumsi es teh jumbo yang gulanya sangat banyak,” ujar Rahmad dari Fraksi PDIP tersebut.

Dalam mengatasi stunting, tambah Rahmad, peran pemerintah sangat besar, dibantu peran serta pihak swasta selaku “bapak asuh” bagi keluarga yang mempunyai baduta beresiko stunting.

Di tingkat Pemerintahan Desa, sudah dibentuk tim pendamping keluarga (TPK). Anggota TPK terdiri dari bidan desa, PKK, dan kader kesehatan.

Tugas TPK ini banyak sekali. Di antaranya mencatat atau mencari data berapa jumlah anak yang beresiko stunting di desanya. Juga menyalurkan bantuan makanan sehat bagi keluarga tersebut serta mengecek perkembangannya.

Selain itu, juga mendampingi calon pengantin, untuk mengarahkan agar memeriksakan kesehatannya, tiga bulan sebelum hari H pernikahan.

“Tugas tim pendamping keluarga itu sangat banyak dan berat. Tanpa TPK, pencegahan stunting ini tidak akan berjalan. Terimakasih untuk TPK Desa Kendalsari dan sekitarnya,” ungkap Rahmad Handoyo.

Perwakilan BKKBN Jateng, Ratih Dewantisari menambahkan, untuk para calon pengantin yang harus dicek kesehatannya yaitu lingkar lengan atas (lila), hemoglobin, usia catin perempuan harus sudah 21 tahun, catin pria 25 tahun, serta untuk catin pria harus berhenti merokok.

“Yang dicek kesehatannya tidak hanya calon pengantin perempuannya saja, namun juga calon pengantin pria. Untuk menghasilkan sperma yang berkualitas, suami harus berhenti merokok,” kata Ratih, yang menjabat sebagai Sekertaris Tim KIE Program Bangga Kecana dan Percepatan Penurunan Stunting Perwakilan BKKBN Jateng.

Menurut Ratih, untuk ibu hamil, harus dicek secara rutin agar tidak kekurangan darah atau anemia. Dokter atau tim kesehatan dari Puskesmas, akan memberikan pil penambah darah yang harus dikonsumsi ibu hamil.

“Jadi, kalau bumil mendapatkan pil tambah darah dari Puskesmas atau bidan desa, harus dikonsumsi, jangan dibuang meskipun baunya memang tidak enak. Usahakan bumil mempunyai semangat untuk sehat demi bayi yang dikandung,” ujar Ratih.

Untuk memenuhi asupan gizi dan nutrisi ibu hamil maupun keluarga pada umumnya, apalagi yang mempunyai balita, sebaiknya sekitar pekarangan rumah ditanami dengan aneka sayuran.

“Dengan memetik sayur hasil pertanian kita sendiri, selain menghemat juga sehat,” ucap Ratih.

Selain sayur mayur, protein hewani juga harus seimbang. Yaitu dengan cara mengkonsumsi satu sampai dua butir telur ayam.

Selain telur, makanan pendamping untuk baduta bisa ditambah dengan ikan asin yang banyak mengandung protein hewani.

“Ikan asin itu kalau digoreng kering, bisa dimakan duri-durinya yang banyak mengandung protein hewani,” terang Ratih.

Sehingga tidaklah berlebihan, dalam bantuan pangan sehat yang disalurkan, pasti ada telur dan susunya.

Ratih menyampaikan, resiko stunting bisa juga terjadi karena pola asuh yang salah. Sebagai contoh, waktu lahir kondisi bayi dalam keadaan normal. Namun karena pola asuh yang salah, dalam pertumbuhan bayi bisa terhambat.

“Hati-hati untuk orangtua karir yang menyerahkan pengasuhan bayi kepada pembantunya, harus dicek betul. Apakah asupan gizinya dan nutrisinya sudah cukup seimbang atau belum,” pinta Ratih.

Anjuran dari pakar kesehatan, mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Sama dengan pencegahan stunting ini, sebelum berusia dua tahun, bayi yang beresiko stunting bisa diperbaiki.

“Kalau sudah lebih dari dua tahun, penanganannya akan sulit dan lambat. Jadi, mari maksimalkan seribu hari pertama kehidupan ini, untuk anak-anak kita, demi menyambut tahun emas Indonesia 2045,” papar Ratih.

Kepala Dissos P3AKB Klaten, Much Nasir menambahkan, untuk ibu yang sudah melahirkan, harus segera ikut program KB.

Karena dengan ikut KB, orangtua terutama ibu, lebih fokus mengasuh bayinya. Pemberian ASI eksklusif lebih lancar, tanpa terganggu hamil lagi.

“ASI pertama kali yang warnanya kekuningan, jangan dibuang. Itu mengandung kolostrum yang bagus untuk antibody bayi. Ini sebagai gerakan inisiasi menyusui dini,” ujar Much Nasir.

Fungsi KB lainnya yaitu menghindari 4T yaitu terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu sering (rapat) melahirkan, dan terlalu banyak melahirkan.

“Beri bayi yang baru lahir dengan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, dan selanjutnya diberi makanan pendamping ASI selama dua tahun. Itu sangat bagus untuk pertumbuhan bayi,” tambah Much Nasir.

Kepala Desa Kendalsari, Supadi, dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada semua narasumber yang berkompeten menangani stunting. Dengan tambahan ilmu dari narasumber, diharapkan semua warganya sadar dan peduli untuk menurunkan angka stunting di desanya.

“Di Kendalsari masih ada beberapa anak yang beresiko stunting. Semoga ke depannya angka tersebut bisa kami tekan,” kata Supadi.

Dalam kesempatan tersebut, panitia menyediakan doorprize menarik seperti seterika, kipas angin, kompor gas, tv, kulkas, dan sepeda gunung.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini