KLATEN(TERASMEDIA.ID) – Menjelang Ramadan, warga Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, menggelar tradisi bersih desa atau biasa disebut Sadranan, Selasa sore (05/03/2024).

Kegiatan rutin tiap tahun ini, dipusatkan di Masjid Puluhan atau Masjid Tiban, yang berada di tengah kampung.

Masjid tersebut mempunyai sejarah unik dan menjadi kebanggaan warga setempat.

Setelah dhuhur, warga sudah berbondong-bondong membawa nasi kenduri beserta ‘ubo rampe’ seperti lauk pauk, makanan khas, dan buah-buahan.

Selain nasi kenduri, perwakilan RT dan pemuda juga membuat gunungan hasil bumi dan jajanan anak-anak.

Gunungan setinggi dua meter lebih, yang berjumlah 5 tersebut, lalu dikirab ratusan warga keliling kampung atau mengelilingi masjid sambil diiringi sholawatan.

Menurut Ketua Panitia, Suharjono, tradisi bersih desa ini digelar sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberi banyak kenikmatan luar biasa.

Sehingga tidak berlebihan, warga desa setempat mengadakan tradisi tersebut secara rutin, setiap menjelang Ramadan tiba.

“Kegiatan bersih desa ini sebagai wujud syukur kami kepada Tuhan YME, yang telah begitu banyak memberi kenikmatan luar biasa kepada kami,” jelas Suharjono.

Tahun ini memang beda dari tahun-tahun sebelumnya. Karena ada kirab gunungan yang berjumlah lima buah.

Gunungan tersebut, disediakan gabungan oleh warga Dukuh Puluhan, Desa Bero dan warga Dukuh Puluhan Desa Puluhan.

“Di sini memang unik, ada Dukuh Puluhan yang masuk Desa Bero dan ada Dukuh Puluhan yang masuk Desa Puluhan. Kita gabung jadi satu untuk kenduri sadran atau bersih desa ini,” ujar Suharjono.

Lima gunungan setelah dikirab, diletakkan di halaman masjid. Ratusan warga dari Desa Puluhan dan sekitarnya, sudah menunggu ingin ngalab berkah.

Para tokoh agama dan tokoh masyarakat, membacakan doa dari dalam masjid. Usai didoakan, ratusan warga berebut isi gunungan.

“Isi gunungan sengaja kami buat untuk kita sodaqohkan kepada warga,” ucap Suharjono.

Saat melakukan rebutan, nampak semua warga bergembira, termasuk anak-anak yang disediakan gunungan khusus jajanan kekinian.

Salah seorang warga yang ikut berebut, Nuraeni, mengaku bukan warga Desa Puluhan. Namun dirinya sengaja ikut berebut gunungan untuk ngalap berkah.

“Ini dapat sayuran dan buah. Meskipun saya dapatnya cuma sedikit, tidak apa-apa, saya senang,” kata Nuraeni yang mengaku sudah menunggu selama dua jam.

Kegiatan bersih desa ini mendapat perhatian dari Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Klaten.

Nampak hadir di tengah-tengah masyarakat, Kabid Kebudayaan, Anang JN mewakili Kepala Dinas, Nugroho.

“Kearifan lokal seperti ini perlu kita jaga dan lestarikan, sebagai pemersatu warga, pemersatu bangsa,” kata Anang, di sela-sela kegiatan.

Pihaknya menilai, kegiatan ini bisa dipadukan dengan kehadiran UMKM. Sehingga tradisinya tetap hidup, perekonomian warga menggeliat.

“Kegiatan bersih desa ini ada banyak di Klaten. Yang paling menonjol ada di Jatinom, Trucuk, Wedi, Jogonalan, Gantiwarno, dan lainnya,” ujar Anang.

Ini cara paling efektif untuk menularkan tradisi ini kepada milenial. Sehingga untuk anak-anak dan pemuda, juga terlibat aktif.

Dalam bersih desa tersebut, juga digelar wayang kulit semalam suntuk. Selain sebagai hiburan, sekaligus untuk nguri-uri budaya Jawa.

Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Triyanto menambahkan, Masjid Tiban ini peninggalan Sunan Kalijaga yang mempunyai banyak keunikan.

Peninggalan Sunan Kalijaga yang sampai sekarang masih terawat yaitu padasan, dipan kayu tempat tidur Sunan Kalijaga, tongkat, mimbar kuno, dan lain-lain.(Hasna)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini